Translate

Kamis, 10 November 2016

Keikhlasan yang Berbuah Rezeki ...

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Cuaca hari ini sangat sangat panas. Mbah Sarno terus mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan Condong Catur demi menyambung hidup. Mbah Sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling. Jika orang lain mungkin berfikir “Mau nonton apa saya malam ini?”, Mbah Sarno cuma bisa berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini?”
Di tengah cuaca panas seperti ini pun terasa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan. Bagi Mbah Sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain.
Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah mewah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru.
Ketika Mbah Sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini sudah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.
“Wah cepat sekali. Berapa pak?”
“5000 rupiah mas”
Sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya. Mbah Sarno jelas kaget dan tentu ia tidak punya uang kembalian sama sekali apalagi sang pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.
“Wah mas gak ada uang pas ya?”
“Nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak”
“Maaf Mas, saya nggak punya uang kembalian”
“Waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan”
“Udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.”
“Oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak.”
Jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi Mbah Sarno. Dia cuma mendapatkan 1 pelanggan dan itupun belum membayar. Ia terus menanamkan dalam hatinya, “Ikhlas. Insya Allah akan dapat gantinya.”
Waktu menunjukkan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat Ashar di masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.
“Ya Allah, izinkan aku mencicipi secuil rezekimu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha, selebihnya adalah kehendakMu.”
Selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.
Saat ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.
“Wah kebetulan kita ketemu disini, Pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.”
Kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar, tapi 5 lembar.
“Loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?”
“Sudah pak, terima saja kembaliannya,  Hari ini saya tes wawancara. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya Allah minggu depan saya berangkat ke Prancis pak. Saya mohon doanya pak”
“Tapi ini terlalu banyak mas”
“Saya bayar sol sepatu cuma Rp 5000 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.”
Tuhan punya cara tersendiri dalam menolong hamba-hambaNya yang mau berusaha dalam kesulitannya. Dan kita tidak akan pernah tahu kapan pertolongan itu tiba.
Keikhlasan akan dibalas dengan keindahan,,
Kesuksesan akan menyertai keikhlasan dan rasa syukur.
Wallahu’alam bishshawab, ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...
Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
~ o ~
Semoga bermanfaat dan Penuh Kebarokahan dari Allah ...

Kisah Dokter Lo Siaw Ging ...

Ketika biaya perawatan dokter dan rumah sakit semakin membubung tinggi, tidak ada yang berubah dari sosok lo siaw ging, seorang dokter di kota solo, jawa tengah. Dia tetap merawat dan mengobati pasien tanpa menetapkan tarif, bahkan sebagian besar pasiennya justru tidak pernah dimintai bayaran.
Maka, tak heran kalau pasien-pasien lo siaw ging tidak hanya warga solo, tetapi juga mereka yang berasal dari sukoharjo, karanganyar, sragen, klaten, boyolali, dan wonogiri. Usianya yang sudah menjelang 75 tahun tak membuat pria itu menghentikan kesibukannya memeriksa para pasien.
Dokter lo, panggilannya, setiap hari tetap melayani puluhan pasien yang datang ke tempatnya praktik sekaligus rumah tinggalnya di jalan jagalan 27, kelurahan jebres, kota solo. Mayoritas pasien lo adalah keluarga tak mampu secara ekonomi. Mereka itu, jangankan membayar ongkos periksa, untuk menebus resep dokter lo pun sering kali tak sanggup.
Namun, bagi lo, semua itu dihadapinya dengan ”biasa saja”. Dia merasa dapat memahami kondisi sebagian pasiennya itu. Seorang pasiennya bercerita, karena terlalu sering berobat ke dokter lo dan tak membayar, ia merasa tidak enak hati. Dia lalu bertanya berapa biaya pemeriksaan dan resep obatnya.
Mendengar pertanyaan si pasien, lo malah balik bertanya, ”memangnya kamu sudah punya uang banyak?”
pasiennya yang lain, yuli (30), warga cemani, sukoharjo, bercerita, dia juga tak pernah membayar saat memeriksakan diri. ”saya pernah ngasih uang kepada pak dokter, tetapi enggak diterima,” ucapnya.
Kardiman (45), penjual bakso di samping rumah dokter lo, mengatakan, para tetangga dan mereka yang tinggal di sekitar rumah dokter itu juga tak pernah diminta bayaran. ”kami hanya bisa bilang terima kasih dokter, lalu ke luar ruang periksa,” katanya.
Cara kerja lo itu membuat dia setiap bulan justru harus membayar tagihan dari apotek atas resep-resep yang diambil para pasiennya. Ini tak terhindarkan karena ada saja pasien yang benar-benar tak punya uang untuk menebus obat atau karena penyakitnya memerlukan obat segera, padahal si pasien tak membawa cukup uang.
Dalam kondisi seperti itu, biasanya setelah memeriksa dan menuliskan resep untuk sang pasien, lo langsung meminta pasien dan keluarganya menebus obat ke apotek yang memang telah menjadi langganannya. Pasien atau keluarganya cukup membawa resep yang telah ditandatangani lo, petugas di apotek akan memberikan obat yang diperlukan.
Pada setiap akhir bulan, barulah pihak apotek menagih harga obat tersebut kepada lo. Berapa besar tagihannya? ”bervariasi, dari ratusan ribu sampai rp 10 juta per bulan.”
bahkan, pasien tak mampu yang menderita sakit parah pun tanpa ragu dikirim lo ke rumah sakit kasih ibu, solo. Dengan mengantongi surat dari dokter lo, pasien biasanya diterima pihak rumah sakit, yang lalu membebankan biaya perawatan kepada lo.
Kerusuhan 1998
nama dokter lo sebagai rujukan, terutama bagi kalangan warga tak mampu, relatif ”populer”. Namun, mantan direktur rs kasih ibu ini justru tak suka pada publikasi. Beberapa kali dia menolak permintaan wawancara dari media.
”enggak usahlah diberita-beritakan. Saya bukan siapa-siapa,” ujarnya.
Bagi lo, apa yang dia lakukan selama ini sekadar membantu mereka yang tak mampu dan membutuhkan pertolongan dokter. ”apa yang saya lakukan itu biasa dilakukan orang lain juga. Jadi, tak ada yang istimewa,” ujarnya.
Di kalangan warga solo, terutama di sekitar tempat tinggalnya, lo dikenal sebagai sosok yang selalu bersedia menolong siapa pun yang membutuhkan. Tak heran jika saat terjadi kerusuhan rasial di solo pada mei 1998, rumah dokter keturunan tionghoa ini justru dijaga ketat oleh masyarakat setempat.
Lo juga tak merasa khawatir. Justru para tetangga yang meminta dia tidak membuka praktik pada masa kerusuhan itu mengingat situasinya rawan, terutama bagi warga keturunan tionghoa. Namun, lo menolak permintaan itu, dia tetap menerima pasien yang datang.
”saya mengingatkan dokter, kenapa buka praktik. Wong suasananya kritis. Eh, saya yang malah dimarahi dokter. Katanya, dokter akan tetap buka praktik, kasihan sama orang yang sudah datang jauh-jauh mau berobat,” cerita putut hari purwanto (46), warga purwodiningratan, yang rumahnya tak jauh dari rumah lo.
Bahkan, meski tentara datang ke rumah lo untuk mengevakuasi dia ke tempat yang aman, lo tetap menolak. Maka, wargalah yang kemudian berjaga-jaga di rumah lo agar dia tak menjadi sasaran kerusuhan.
”saya ini orang solo, jadi tak perlu pergi ke mana-mana. Buat apa?” ucapnya.
Anugerah
menjadi dokter, bagi lo, adalah sebuah anugerah. Dia kemudian bercerita, seorang dokter di solo yang dikenal dengan nama dokter oen, seniornya, dan sang ayahlah yang membentuk sosoknya. Dokter oen dan sang ayah kini telah tiada.
Lo selalu ingat pesan ayahnya saat memutuskan belajar di sekolah kedokteran. ”ayah saya berkali-kali mengatakan, kalau saya mau jadi dokter, ya jangan dagang. Kalau mau dagang, jangan jadi dokter. Makanya, siapa pun orang yang datang ke sini, miskin atau kaya, saya harus terbuka. Saya tidak pasang tarif,” kata lo yang namanya masuk dalam buku kitab solo itu.
Papan praktik dokter pun selama bertahun-tahun tak pernah dia pasang. Kalau belakangan ini dia memasang papan nama praktik dokternya, itu karena harus memenuhi peraturan pemerintah.
Tentang peran dokter oen dalam dirinya, lo bercerita, selama sekitar 15 tahun dia bekerja kepada dokter oen yang dia jadikan sebagai panutan. ”dokter oen itu jiwa sosialnya tinggi dan kehidupan sehari-harinya sederhana,” ujarnya.
Dari kedua orang itulah, lo belajar bahwa kebahagiaan justru muncul saat kita bisa berbuat sesuatu bagi sesama. ”ini bukan berarti saya tak menerima bayaran dari pasien, tetapi kepuasan bisa membantu sesama yang tidak bisa dibayar dengan uang,” katanya sambil bercerita, sebagian pasien yang datang dari desa suka membawakan pisang untuknya.
Gaya hidup sederhana membuat lo merasa pendapatan sebagai dokter bisa lebih dari cukup untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Apalagi, dia dan sang istri, maria gan may kwee atau maria gandi, yang dinikahinya tahun 1968, tak memiliki anak.
”kebutuhan kami hanya makan. Lagi pula orang seumur saya, seberapa banyak sih makannya?” ujar lo.
Bahkan, di mata para pasien, lo seakan tak pernah ”cuti” praktik. Lies (55), ibu dua anak, warga kepatihan kulon, solo, yang selama puluhan tahun menjadi pasiennya mengatakan, ”dokter lo praktik pagi dan malam. Setiap kali saya datang tak pernah tutup. Sepertinya, dokter lo selalu ada kapan pun kami memerlukan.”
Data diri
• nama: Lo siaw ging • lahir: Magelang, 16 agustus 1934 • istri: Maria gan may kwee (62) • pendidikan: - fakultas kedokteran universitas airlangga, 1962 - s-2 (mars) universitas indonesia, 1995 • profesi: - dokter rs panti kosala, kandang sapi, solo (sekarang rs dokter oen, solo) - mantan direktur rumah sakit kasih ibu, solo
Sumber:
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6000478 

CINTA ini Milikmu MAMA ...

“RYN, bangun.. Sarapanmu udah mama siapin di meja.” Tradisi ini sudah berlangsung 22 tahun, sejak pertama kali aku bisa mengingat tapi kebiasaan mama tak pernah berubah,meskipun aku hanya pulang sekali2 menjenguknya
“Mama sayang… ga usah repot-repot ma, aku sudah dewasa.” pintaku pada mama pada suatu pagi. Wajah tua itu langsung berubah.
Pun ketika mama mengajakku makan siang di sebuah restoran. Buru-buru kukeluarkan uang dan kubayar semuanya, ingin kubalas jasa mama selama ini dengan hasil keringatku.. Raut sedih itu tak bisa disembunyikan.
Kenapa mama mudah sekali sedih? Aku hanya bisa mereka-reka, mungkin sekarang fasenya aku mengalami kesulitan memahami mama karena dari sebuah artikel yang kubaca.. orang yang lanjut usia bisa sangat sensitive dan cenderung untuk bersikap kanak-kanak. tapi entahlah..
Niatku ingin membahagiakan malah membuat mama sedih. Seperti biasa, mama tidak akan pernah mengatakan apa-apa.
Suatu hari kuberanikan diri untuk bertanya “Ma, maafin aku kalau telah menyakiti perasaan mama. Apa yang bikin mama sedih?” Kutatap sudut-sudut mata mama, ada genangan air mata di sana.
Terbata-bata mama berkata, “Tiba-tiba mama merasa kalian tidak lagi membutuhkan mama. Kamu sudah dewasa, sudah bisa menghidupi diri sendiri. Mama tidak boleh lagi menyiapkan sarapan untuk kamu, mama tidak bisa lagi jajanin kamu. Semua sudah bisa kamu lakukan sendiri”
Ah, Ya Tuhan, ternyata buat seorang Ibu.. bersusah payah melayani putra-putrinya adalah sebuah kebahagiaan. Satu hal yang tak pernah kusadari sebelumnya.
Diam-diam aku merenungkan. Apa yang telah kupersembahkan untuk mama dalam usiaku sekarang? Adakah mama bahagia dan bangga pada putrinya?
Ketika itu kutanya pada mama. Mama menjawab “Banyak sekali nak kebahagiaan yang telah kamu berikan pada mama.
Kamu tumbuh sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan. Kamu berprestasi di sekolah adalah kebanggaan buat mama. Setelah dewasa, kamu berprilaku sebagaimana seharusnya seorang hamba, itu kebahagiaan buat mama. Setiap kali binar mata kamu mengisyaratkan kebahagiaan di situlah kebahagiaan orang tua.”
Lagi-lagi aku hanya bisa berucap “Ampunkan aku ya Tuhan kalau selama ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan kepada mama. Masih banyak alasan ketika mama menginginkan sesuatu.” Betapa sabarnya mamaku melalui liku-liku kehidupan..
Mamaku seorang yang idealis, menata keluarga, merawat dan mendidik anak-anak adalah hak prerogatif seorang ibu yang takkan bisa dilimpahkan kepada siapapun. Ah, maafin kami mama….. 18 jam sehari sebagai “pekerja” seakan tak pernah membuat mama lelah..
Sanggupkah aku ya Tuhan?
==========
“Ryn, bangun nak.. sarapannya udah mama siapin di meja.. ”
Kali ini aku lompat segera.. kubuka pintu kamar dan kurangkul mama sehangat mungkin, kuciumi pipinya yang mulai keriput, kutatap matanya lekat-lekat dan kuucapkan.. “Terimakasih mama, aku beruntung sekali memiliki mama yang baik hati, ijinkan aku membahagiakan mama.” Kulihat binar itu memancarkan kebahagiaan..
Cintaku ini milikmu, Mama. Aku masih sangat membutuhkanmu.. Maafkan aku yang belum bisa menjabarkan arti kebahagiaan buat dirimu..
— +++ —
Sahabat.. tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimat “Aku sayang padamu.” Namun begitu, Tuhan menyuruh kita untuk menyampaikan rasa cinta yang kita punya kepada orang yang kita cintai..
Ayo kita mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita, Ibu.. Walau mereka tak pernah meminta. Percayalah.. kata-kata itu akan membuat mereka sangat berarti dan bahagia..
— +++ —
“Ya Tuhan, cintailah mamaku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan mama selagi ENGKAU mengizinkan aku hidup. Dan jika saatnya nanti mama Kau panggil, terimalah dan jagalah ia disisiMu.. Titip mamaku ya Tuhan..”
Untuk dan oleh semua Mama yang mencintai anak-anaknya dan semua anak yang mencintai Mamanya..

Siramilah Keluarga dengan Kehangatan ...

Seorang suami yang baru pulang dari kantor membantu istri memasak untuk berbuka puasa, istrinya melihat suami yang telah seharian bekerja namun juga kerepotan ikut membantu istri di dapur.
"Mas, istirahat dulu aja." Suami menjawab, "Rasulullah aja selalu membantu tugas istri beliau, Kalo saya membantu istri memasak belum sebanding dengan apa yang telah dilakukan Rasulullah."
Mata mereka berpandangan. Suami tersenyum manis dan istri tersipu malu dibuatnya. Walaupun usia perkawinan mereka telah cukup lama, anak-anak sudah besar dan dewasa, jika senantiasa disirami dengan kasih sayang dan saling memahami maka akan selalu ada tunas cinta yang bersemi kembali. Bunga-bunga bermekaran menebarkan semerbak harum mewangi  setelah melewati badai dan guncangan kehidupan.
Istri bersabar menghadapi kekurangan suami karena mengingat pengorbanan yang telah dilakukan suami dalam mengarungi bahtera kehidupan, demikian juga suami selalu bersabar dalam menghadapi kekurangan istri sebab istrinya nampak anggun nan cantik dengan keikhlasan dan pengorbanan dalam menjaga bahtera rumah tangga.
Umar Bin Khattab pernah menasehati seorang sahabat ketika  mengadukan istrinya yang sangat cerewet sekali. " Saudaraku, aku bersabar atas sikap seperti itu, karena hak-haknya padaku. Istri memasakkan makanan, menyucikan pakaian, menyusui anak-anak dan hatiku tenang dengannya dari perkara yang haram karena itu aku bersabar atas sikapnya seperti itu."
Terkadang cinta dalam keluarga luntur oleh seiring perjalanan panjang, menjadi terasa hambar dan datar. Ketika pertentangan suami istri tidak menemukan titik temu karena ego masing-masing akan menggerus simpati dan rasa cinta.
Berbagai kelemahan yang semakin terlihat dipelupuk mata tanpa upaya untuk saling memahami dan saling mengerti menjadikan rumah tangga kehilangan cinta dan kasih sayang. Bagaikan jasad tanpa ruh, setiap kata yang terucap menjadi kehilangan makna bahkan kata telah berubah menjadi senjata untuk saling menyakiti perasaan satu sama lainnya.
Komunikasi semakin hambar terjebak dalam formalitas, berbincang tentang anak, keluarga besar, saudara, rekening listrik, namun tidak lagi membahas diri mereka sebagai pasangan suami istri. Disinilah dibutuhkan kekuatan di dalam menghadapi permasalahan rumah tangga, kekuatan itu adalah ketaqwaan kita kepada Allah sehingga terciptanya keluarga sakinah mawaddah warahmah atau keluarga yang tenteram penuh cinta dan kasih sayang.
Siramilah keluarga anda dengan cinta dan kasih sayang, bangunlah kembali komunikasi penuh kehangatan agar bunga-bunga bermekaran, menebarkan semerbak harum mewangi kehidupan.
Gunakan cara terindah yang anda miliki untuk membangun kemesraan dengan pasangan anda.
Ungkapkan dengan tulus cinta dan kasih sayang anda untuk saling mengerti dan saling menguatkan, sampai kemudian pasangan anda membisikkan kata
"Sayang, kenapa aku jatuh cinta lagi padamu?"
"Seorang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya serta lemah lembut terhadap istrinya." (HR. Ahmad & Tirmidzi). 

WANITA BIJAK ...

Suatu ketika, ada seorang wanita bijak yang sedang mendaki gunung. Tanpa disengaja, ia menemukan sebuah batu yang sangat berharga. Sebuah pualam yang indah dan tentu mahal harganya. Dia lalu menyimpan batu itu di tempat makanannya.
Tak lama berselang, ia bertemu dengan seorang pendaki lain yang sedang kelaparan. Sang wanita, lalu membuka kotak makanannya, dan hendak membagi bekal itu dengan si pendaki yang lapar tadi. Si pendaki melihat sesuatu dalam kotak itu, dan bertanya, apakah ia dapat memiliki pualam indah itu.
Sang wanita memberikan pualam itu tanpa ragu. Sang pendaki tentu senang sekali dengan pemberian ini. Dia bersorak dalam hati, dan membayangkan, tentu pualam ini akan membuat hidupnya terjamin. Dia pasti tak perlu bersusah payah bekerja, dan dapat kaya dengan menjual pualam itu. Dia lalu meminta ijin untuk pergi, dan melupakan lapar yang dirasakannya.
Namun, beberapa saat kemudian, sang pendaki kembali lagi kepada wanita tadi. Dia lalu berkata, "Aku berpikir," katanya,
"Pualam ini pasti sangat berharga. Namun, akan kukembalikan, sebab, aku berharap, kamu dapat memberikan sesuatu yang lebih berharga”
"Agaknya, aku lebih memerlukan sepotong roti daripada batu ini. Dan, aku ingin tahu satu hal”
"Tolong, " pinta sang pendaki, "Ajari aku bagaimana kamu dapat memberikan batu yang sangat berharga ini kepadaku, tanpa ragu, tanpa merasa kehilangan sama sekali padahal jelas batu tsb sangat mahal sekali harganya"
Si Wanita Bijak menjawab “ Aku tetap akan memberikan apa yang kamu benar2 mau. Karena aku yakin berarti itulah yang memang paling kamu butuhkan. Bagiku tidak ada istilah kehilangan karena sesuatu yang masih berada padaku hanyalah titipan dari Tuhanku. Jadi bukan miliku. Yang benar2 sudah jadi miliku hanyalah apa2 yang sudah aku makan dan apa2 yang sudah aku berikan di jalan yang TUHAN-ku mau, Jadi kenapa aku harus ragu ?” Wanita Bijak tsb mengakhiri jawabanya.
~Author Unknown~
Sahabatku, bisa jadi, tak ada beda antara kita dan si pendaki tadi. Kita kerap melupakan banyak hal untuk sebuah alasan sesaat. Tak jarang kita lebih mengutamakan ketamakan dan nafsu untuk sebuah masa depan. Seringkali, kita terpesona dengan kemilau "pualam" dan mahalnya "intan", namun melupakan "sepotong roti" dan kebijaksanaan si wanita tadi. Kita, yang bodoh ini, sering mengambil langkah dengan terburu-buru, tanpa perhitungan, tanpa memandang jauh ke depan. Yang ada di depan mata, hanyalah keuntungan seketika yang akan kita dapat.
Kita jarang untuk bersedekah, padahal, harta itulah yang akan menolong kita kelak. Kita jarang untuk berbuat baik, padahal, kita sama-sama tahu, akan ada imbalan dari-Nya nanti. Kita jarang menolong teman dan tetangga dekat, padahal, merekalah yang bisa kita minta bantuannya di kala susah. Kita jarang menanam bibit dan benih kebaikan, padahal, rindangnya pohon kebajikan itulah yang akan melindungi kita dari terik dan hujan nestapa.
Sama halnya dengan pendaki tadi, kita memerlukan lebih dari sepotong roti untuk dapat bertahan hidup. Kita butuhkan lebih dari itu. Kita butuhkan kebijaksanaan dan kemurahan hati wanita tadi, untuk dapat memberikan kebaikan pada setiap orang yang ditemuinya. Dan saya yakin, kita bisa mendapatkannya dalam hidup ini. Tuhan akan memberi cahaya buat kita. 

Bismillah...Cinta itu memberi, BUKAN menuntut.

Bismillah...Cinta itu memberi, BUKAN menuntut.
Cinta itu menghargai, BUKAN menggerayangi.
Cinta itu menghidupkan hati yg mati, BUKAN mematikan hati yg hidup.
Cinta itu sakit yg kau jadikan nikmat, BUKAN nikmat yg membuat kau sakit.
Cinta itu raja tanpa mahkota, maka engkau tidak selalu hrus menuruti keinginannya.
Cinta itu buta dan tuli, KARENA itu engkau perlu akal utk berpikir dan hati utk menimbang.
Cinta itu adlh pernikahan, BUKAN pacaran.

'Tak ada yg lebih indah dari dua orang yg saling mencintai selain pernikahan' (HR.Tirmidzi).

Cinta adalah energi jiwa yg dahsyat, yg bukan saja menjadi rahim yg melahirkan keharmonisan dalam rumah tangga, tempat kerja dan organisasi, tetapi juga dalam masyarakat dan kemanusiaan.
Cinta mencerahkan kehidupan kita, dan menjadikannya nyaman untuk diresapi.
Cinta adl kumpulan dari semua keinginan baik pada orang lain. krn itu, ia mengejewantah dlm beberapa sikap: perhatian, penumbuhan, perawatan dan perlindungan..
ehhmm berjuta rasanya.. ^.^

"Bukanlah dari golongan kami, orang yg tidak mau menghormati yang lebih tua dan tidak menyayangi yang lebih muda, serta tidak menyuruh berbuat baik, dan tidak melarang berbuat mungkar (aniaya/­keburukan/maksiat)". (HR. Ahmad, dan Tirmidzi )... 

ISTRIKU TIDAK CANTIK ...

Istriku tidak cantik, standar dan biasa saja. Aku juga sadar bahwa dia tidak cantik dan kalau bersanding denganku maka aku nampak lebih rupawan dari dia. Badannya kecil ada dibawah dadaku, juga kulitnya agak hitam, lebih putih kulitku, satu lagi kakinya agak pincang, yang kanan lebih kecil sedikit daripada yang kiri. Aku menyadarinya ketika aku sudah menikahinya, namun aku sadar bahwa aku telah memilih dia dengan ikhlas dihatiku, kan aku yang memilih, bukan dia yang memaksa, dan walau istriku tidak cantik, namun aku mencintainya. Allah taburkan rasa cinta itu ketika malam pertama aku bersamanya.
Dimataku dia tetap tidak cantik, namun aku nyaman bila melihat senyumannya. Dia selalu menerima apa adanya aku, sempat aku pulang tidak bawa gaji seperti yang dijanjikan di lembar penerimaan karyawan bahwa gajiku tertera 4 juta sekian-sekian, namun karena aku selalu terlambat dan juga sering bolos lantaran mengantar si kecil ke rumah sakit dan juga si sulung ke sekolah maka hampir 40 % gajiku dipotong. Subhanallah dia tidak bersungut, malah segera bersiap menukar menu makanan dengan yang lebih sederhana dan bersikeras meminjam komputer butut kami untuk menulis artikel yang dikirimkannya ke beberapa majalah yang terkadang satu atau dua artikel ditayangkan, dan baginya itu sudah Alhamdulillah bisa menambah sambung susu anakku.
Istriku tidak cantik, namun aku ingat, banyak sekali sumber daya alam yang buruk bahkan legam dan membuat tangan kotor namun tetap dicari, diburu dan dipertahankan orang, seperti batubara. Istriku mungkin bukan emas, dia mungkin batubara, keberadaannya selalu menghangatkan hatiku dan selalu membuatku tidak merasakan resah. Aku membayangkan bila aku menyimpan batubara satu kilo dirumahku dibandingkan dengan menyimpan emas satu kilo dirumahku, maka aku tidak akan dapat berjaga semalaman bila emas yang kusimpan. Namun bila batubara yang ku simpan, aku masih punya izzah ada barang yang ku simpan yang cukup berharga, namun aku tetap dapat tidur nyenyak dengannya.
Bayangkan bila istriku sangat cantik, mungkin aku tidak akan tenang membayangkan dia ke pasar dilirik semua lelaki, membayangkan dia sms-an dengan bekas pacar-pacarnya dulu, membayangkan mungkin dia bosan padaku. Akh.. aku bersyukur istriku tidak cantik sehingga aku bisa tidur nyenyak walau banyak nyamuk sekalipun. Istriku tidak cantik, namun dia adalah istri terbaik untukku.
Pesanku: aku selalu melihat sisi baik dari istriku yang membuatku merasa sama dan nyaman dengannya. 

SANDAL HILANG DI MASJID

Seorang pria muda baru pulang dari berbelanja di sebuah minimarket. Biasanya usai berbelanja keceriaannya terpancar berlipat-lipat.  Namun, kali ini selain kesenduan, sumpah serapah juga mengalir dari mulutnya. Dia baru saja kehilangan helm barunya. “Aku sengaja beli helm mahal supaya tahan lama. Tapi malah digondol maling keparat itu!” omelnya.
Semalaman dia mengomel terus dengan muka marah padam. Para pegawai minimarket hanya mengerut ketakutan saat dikomplain soal kehilangan tersebut. Dia betul-betul kecewa dan marah besar atas kejadian tersebut. “Kalau maling itu kutemukan, dia pasti kucincang-cinca ng sampai lumat.”
Sesampainya di rumah, istrinya bertanya, “Apa yang kaurasakan saat ini?”
Suaminya menjelaskan dengan suara tinggi, “Kepalaku pusing, pandanganku berkunang-kunan g, darahku mendidih, selera makanku hilang.”
Beruntunglah Pria itu mempunyai Istri yang pandai menghibur dan menggembirakan sang suami…….
“Bukan hanya helm yang berhasil dicuri maling itu, tapi juga kebahagiaan hidupmu, sayang. Bila kau terus-terusan marah, penyakit darah tinggimu akan kambuh, pikiran jadi kacau hingga tak bisa mencari nafkah dengan baik. Jika kau ikhlas dan lebih berhati-hati di lain waktu, pikiranmu akan tenang sehingga bisa mencari rezeki yang lebih banyak. Insya Allah, rezeki yang diperoleh dengan ketenangan itu melebihi harga helm yang hilang,” terang istrinya.
“Aku menabung lama untuk membeli helm mahal itu. Aku belum bisa menerima kenyataan ini, aku tak rela,” ungkap suaminya masih kesal.
“Baiklah, maukah kau mendengar kisah tentang orang saleh yang tak mau kehilangan kebahagiaannya? ” tanya istrinya. Suami yang kelelahan akibat kehabisan energy meluapkan amarah itu tak punya pilihan kecuali menyetujui tawaran istrinya. Si istri pun memulai ceritanya.
Suatu hari seorang musafir mengalami kejadian buruk di tempat baik. Sengaja dia datang ke masjid guna menunaikan ibadah beribadah kepada Allah. Tak ada perbuatan buruk yang dilakukannya di tempat suci itu. Bahkan doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT hanyalah yang berkaitan dengan kebaikan.
Seusai shalat, musafir itu keluar dari masjid. Ternyata sandal satu-satunya hilang dari tempat semula. Semua orang di sana telah ditanyai, tapi tak seorang pun yang mengetahui ke mana raibnya. Masjid itu dia kelilingi. Setiap inci diperhatikan, siapa tahu sandal itu terselip atau terlempar jauh. Namun, segala upaya tak menghasilkan apa-apa, sandalnya raib digondol entah siapa.
Bagaimana dia akan melanjutkan perjalanan jauh tanpa alas kaki? Sementara itu, dia tak punya cukup uang untuk membeli sandal baru. Di zaman itu sandal adalah barang yang sangat mewah, hanya segelintir orang yang sanggup memilikinya.
Musafir malang itu menangis tersedu-sedu di pelataran masjid. Kesedihannya amat mendalam hingga tak malu meneteskan air mata di depan umum. Namun, tidak seorang pun datang menghiburnya, sekadar bertanya penyebab kesedihannya. Dia betul-betul sendirian menghadapi masalahnya.
Tangisannya terhenti saat sesosok istimewa melintas di hadapannya. orang itu tersenyum sangat indah hingga orang lain merasakan kedamaian. Senyuman itu bahkan menghentikan tangisan orang yang tengah bersedih. Hal yang mengagetkan, ternyata sosok yang menakjubkan itu tidak punya kaki sama sekali alias buntung. Musafir itu bergumam, “Dia yang kehilangan dua kaki saja masih bisa tersenyum bahagia. Dia bahagia dengan takdirnya. Sementara aku yang hanya kehilangan sandal malah berduka cita. Bukan cuma sandal yang hilang tapi juga kebahagiaanku.”
Istri itu menutup ceritanya dengan menyuguhkan segelas air putih. Suaminya berujar, “Ya, harusnya aku bersyukur cuma helm yang hilang, bukan kepalaku.”
“Apa yang di sisi kalian pasti akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah pasti kekal.” (An-Nahl: 96)
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Al-Kahfi: 46) 

KISAH SEBATANG BAMBU ...

Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi menjulang di antara batang-batang bambu lainnya. Suatu hari datanglah sang petani yang empunya pohon bambu itu.
Dia berkata kepada batang bambu,” Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air yg sangat berguna untuk mengairi sawahku?”
Batang bambu menjawabnya, “Oh tentu aku mau bila dapat berguna bagi engkau,Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kau lakukan untuk membuatku menjadi pipa saluran air itu.”
Sang petani menjawab, “Pertama, aku akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang indah itu.
Lalu aku akan membuang cabang-cabangmu  yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setelah itu aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat mengalir dengan lancar. Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawah sehingga padi yang ditanam dapat tumbuh dengan subur.”
Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam… kemudian dia berkata kpd petani, “Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang cabang-cabangku , bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah batangku yang indah ini dan pasti tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek  bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?”
Petani menjawab, ” Wahai bambu, engkau pasti kuat melalui semua ini karena aku memilihmu justru karena engkau yang paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah.”
Akhirnya batang bambu itu menyerah, “Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali berguna ketimbang batang bambu yg lain. Inilah aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang kau kehendaki.”
Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman rumah petani, kini telah berubah menjadi pipa saluran air yang mengairi sawah sehingga padi dapat tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.
Pernahkah kita berpikir bahwa dengan tanggung jawab dan persoalan yg sarat, mungkin Tuhan sedang memproses kita untuk menjadi indah di hadapan-Nya? Sama seperti batang bambu itu, kita sedang ditempa.
Tapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena Tuhan tak akan memberikan beban yang tak mampu kita pikul. Jadi maukah kita berserah pada kehendak Tuhan, membiarkan Dia bebas berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan kita alat yang berguna bagi-Nya?
Seperti batang bambu itu, mari kita berkata, ” Inilah aku, Tuhan…perbuatla h sesuai dengan yang Kau kehendaki.” 

INDAHNYA CINTA ALLAH ...

Manusia tidak akan mampu menjalani hidup tanpa cinta. Tanpa cinta, kehidupan akan gersang, hati menjadi keras. Selayaknya manusia hidup dengan perasaan cinta kasih. Manusia yang kehilangan perasaan cinta, biasanya kehilangan gairah hidup. Semakin besar rasa cinta, semakin kencang pula denyut nadi kehidupan. Cinta akan menambah denyut kehidupan manusia, kehidupannya menjadi lebih baik dan dipenuhi kasih sayang.
Lantas apa yang kita cintai? Apa yang manusia sukai?
Manusia mencintai harta, tetapi harta tersebut akan hancur binasa. Ketika menghadapi ajal, kita akan meninggalkan harta. Manusia mencintai tahta dan kekuasaan, hal itu pun akan hancur atau berganti. Laki-laki yang tergila-gila pada wanita dan wanita tergila-gila pada laki-laki. Itu hanya dorongan syahwat. Ia akan hilang, atau berakhir dengan tragedi. Jika bukan cinta karena Allah, itu hanya rayuan, lenyap tak berbekas, berakhir dengan kematian salah satu pecinta, atau akan hancur karena pengkhianatan. Cinta yang harus kita cari ialah cinta yang kekal dan tak akan binasa. Cinta yang menambah kekuatan kita tidak takut akan berakhir dengan kekerasan, penentangan, pengkhianatan. Ya, cinta yang abadi.
Apakah kita mencintai Allah SWT dengan sesungguhnya? Apakah mencintai Allah SWT itu kewajiban atau kurnia? Apakah kita lebih mencintai anak-anak kita atau Allah SWT? Apakah kita lebih mencintai suami atau isteri kita daripada Allah SWT?
Sahabat dan saudaraku, kita cuba merenungkan dan memikirkan ayat ini, “Katakanlah : Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saidara ku, isteri-isteri, kaum keluargamu,hart a kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,dan  rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada RasulNya, dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah : 24).
Dalam ayat ini, Allah SWT telah melukiskan sebuah gambaran seandainya saja ada 8 jenis rasa cinta di satu sisi timbangan, dan di sisi lainnya berisi rasa cinta kepadaNya, kemudian keduanya ditimbang. Jika 8 hal itu lebih berat, walaupun hanya serambut atau seatom saja, maka bersiaplah menunggu apa yang akan kita peroleh. Ayat ini bukan seruan untuk meninggalkannya , tetapi untuk membandingkan. Allah SWT tidak hanya memerintahkan agar kita mampu membezakan kejujuran dari kebohongan yang kita lakukan. Ayat ini sejatinya sangat keras menyindir kita sebagai muslim.
Sahabatku, saudaraku, Allah SWT telah menciptakan manusia agar ia mengenal dan mencintaiNya. Maka, apakah masuk akal kalau kita menjadi sibuk dengan hal cabang dan melupakan hal pokok? Dia-lah yang telah memberikan kita kemampuan untuk mencintai suami, isteri , anak, harta, dan keluarga kita. Dia-lah yang telah menumbuhkan rasa cinta di hati kita, lalu memberitahu bahwa yang utama adalah kita harus mencintaiNya.
Cintailah Allah sebesar nikmat yang Dia berikan pada kita.
Cintailah Allah kerana kesempurnaanNya
Cintailah Allah kerana karuniaNya pada kita.
Cintailah Allah kerana kelembutanNya pada kita.
Cintailah Allah kerana hidayahNya pada kita.
Cintailah Allah kerana Ia telah mengutus seorang rasul pada kita.
Kita janganlah mengaku mencintai Allah SWT dengan ucapan semata, tetapi buktikanlah melalui perbuatan kita. Kita bisa mengatakan apa saja, baik itu benar atau bohong, namun yang benar adalah perbuatan. Jadi, sebenarnya, sampai manakah darjat cinta kita??
Wallahu’alam bish shawwab.
GABUNG YUK di FP Sahabat QALBU Cahaya Jiwa  ada banyak kata HIKMAH, RENUNGAN dan MOTIVASI.

PRIA IDAMAN ...

Seorang ibu berbicara dari hati ke hati kepada putrinya yang telah tumbuh menjadi gadis remaja,
“Anakku! Ibu telah memilihkan kehidupan yang bahagia untukmu, jauh sebelum kau lahir ke dunia ini.”
Gadis manis itu heran, “Bagaimana caranya, Bu?
Bukankah aku belum hadir di dunia waktu itu ?”
“Caranya dengan mencarikanmu ayah yang saleh. Dialah yang membawa kebahagiaan bagi keluarga kita, termasuk dirimu,” ujar si ibu. “Ibu ingin kebahagiaan itu berlangsung sepanjang hayatmu, di dunia dan akhirat,” sambungnya.
“Beritahu aku caranya, Bu?”
“Pilihlah calon suami yang akan memberi kebahagiaan dalam hidupmu,” tegas si ibu.
‘Agama membolehkanmu memilih suami yang tampan. Kau bisa senang punya pasangan yang enak dipandang. Tapi........”
“Kenapa? Memang kenapa dengan suami tampan?” tanya putrinya.
“Jika kesenanganmu tergantung pada ketampanannya, kau akan terpuruk saat ketampanannya itu lenyap. Kau pun bisa makan hati jika ketampanannya itu membuatnya merendahkan dirimu dan mempermainkanmu .”
Ibu yang lembut itu melanjutkan, “Agama kita mengizinkan kau memilih suami yang kaya. Kau akan senang hidup berkecukupan bahkan berkelebihan. Tapi...”
“Apa masalahnya punya suami kaya, bu ?”
“Jika kesenanganmu itu terletak pada harta, kau akan sengsara tatkala harta itu lenyap. Kau akan menderita karena dibayangi rasa takut miskin. Padahal kaya miskin dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja, karena kehidupan ini terus berputar.”
Si ibu kembali berbicara, “Agama mengizinkan kau memilih suami yang keturunan bangsawan, populer, atau berdarah ningrat. Kau akan senang ikut terangkat martabat bersamanya. Kau akan ikut disanjung dipuja berkat punya suami macam itu. Tapi…......”
“Kenapa dengan suami keturunan bangsawan dan ningrat, Bu?”
“Jika kesenanganmu terikat pada darah birunya, ketahuilah kehormatan itu bisa naik turun. Sekarang dia dihormati, dipuji, disegani, lain waktu dia akan dihina, dibuang, atau dicaci. Dalam kondisi itu kau akan ikut memikul derita yang teramat berat.”
“Bimbinglah aku, Bu! Aku ingin hidup bahagia dunia akhirat,” pinta gadis manis itu.
“Jangan khawatir, Anakku! Islam menganjurkan kau memilih suami yang mengutamakan Agamanya. Insya Allah, kebahagiaan dunia akhirat akan diberikannya kepadamu. Mungkin dia punya tampang biasa, namun dengan kesalehan dan cahaya takwanya akan membuatmu terpesona dalam bahagia. Boleh jadi hartanya belum ada, dengan kesalehannya mudah bagi Allah membuatnya kaya kapan saja. Tak masalah dia dari kalangan biasa, namun dengan kesalehannya, Allah yang akan meninggikan derajat dirinya dan dirimu.”
Gadis itu pun memeluk erat ibunya sambil tersenyum, “ Aku pilih hidup bahagia, ibu……… “.
Sahabat, coba deh kita renungi sejenak, betapa hebatnya konsep Allah SWT dalam memilihkan Jodoh buat kita, dibawah ini :
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanitabudak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang lelaki musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak lelaki yang mukmin lebih baik dari lelaki musyrik walaupun dia menarik hatimu.Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perin tah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran” (Q.s. Al-Baqarah: 221).
“ Perempuan dinikahi karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka menangkanlah wanita yang mempunyai agama, engkau akan beruntung “. (HR. Bukhari, Muslim), ini juga berlaku sebaliknya
"Janganlah kamu menikahi perempuan karena kecantikannya, mungkin kecantikan itu akan membawa kerusakan bagi diri mereka sendiri. Dan janganlah kamu menikahi karena mengharap harta mereka, mungkin hartanya itu menyebabkan mereka sombong, tetapi nikahilah mereka atas dasar agama. Dan sesungguhnya hamba sahaya yang hitam lebih baik, asal ia beragama,” (HR. Baihaqi) 

Kekurangan pasangan kita

 Sepasang suami istri sedang makan malam, sang istri membuka pembicaraan. Istri : “Suamiku sayang, bolehkah aku usul ???” Suami : “Boleh is...