Translate

Selasa, 25 Oktober 2022

WANITA ITU "RUH" BAGI RUMAH SUAMINYA



Bagaimana tidak? Islam menjadikan wanita itu sebagai ibu, yang darinya anak-anak yang menjadi penyejuk jiwa itu dilahirkan


Bagaimana tidak? Islam telah menjadikannya sebagai kehormatan. Islam juga telah menjadikannya sebagai pengurus rumah


Maka, tidak bisa dibayangkan, jika rumah tanpa kehadiran seorang wanita. Karena itu, ketika isteri Abu Rabi'ah, ahli fikih yang sangat masyhur, itu meninggal, beliau menguburkan isterinya. Setelah itu kembali ke rumahnya


Beliau mengucapkan, "La haula wa la quwwata illa billah", mengekspresikan perasaannya, betapa berat dan rumitnya urusan di rumah yang harus diurusnya. Sesuatu yang selama ini diurus oleh isterinya.


Akhirnya beliau mengucapkan, "Innalillahi wa inna ilaihi rajiun." Mengenang isteri tercintanya yang selama ini telah membersamainya, dan kembali setelah purna tugasnya, menghadap penciptanya. Beliau pun tak kuasa menahan air matanya. Tangisnya pun pecah


Beliau kemudian menyeru kepada dirinya,


الآن ماتَت الدَّارُ أيضًا يا أبَا خالد.


"Sekarang, rumah ini juga telah mati, wahai Abu Khalid.."


Begitulah sosok wanita di dalam kehidupan pria, dan di dalam rumahnya.


Bangunan itu hidup karena "ruh" wanita, yang karenanya, maka seisi rumahnya menjadi hidup dan penuh dengan cahaya


Perasaan seperti itu hanya lahir dari para lelaki mulia, yang bisa memuliakan wanita. Respek dan menghargai jerih payahnya. Karena itu, saat dia tiada, semua keindahan di rumahnya akan pergi bersamanya


Tapi, jika lelaki yang bersamanya adalah lelaki yang lisannya tajam, setajam dan secepat melesatnya anak panah, wanita yang hidup bersamanya seperti mayat tanpa ruh, meski dia masih bernyawa


Maka, muliakan kaum wanita. Didiklah mereka, agar kelak mereka bisa menjadi ruh dan cahaya di tengah keluarganya.

───────────────

Senin, 24 Oktober 2022

ADAB DAN AKHLAK



 ﷽السلام عليكم ورحمةﷲوبرکاته


BELAJARLAH TENTANG ADAB DAN AKHLAK TERLEBIH DAHULU, BARULAH ILMU.

 

Adab dan akhlak adalah sesuatu yang harus lebih didahulukan daripada ilmu. 


Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata,

 

“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”


Adab secara bahasa artinya menerapakan akhlak mulia. Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar menyebutkan:

 

“Al adab artinya menerapkan segala yang dipuji oleh orang, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama juga mendefinsikan, adab adalah menerapkan akhlak-akhlak yang mulia” (Fathul Bari, 10/400).

 

Jadi arti adab secara keseluruhan yaitu segala bentuk sikap, perilaku atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau akhlak.

 

Karena orang yang tinggi akhlaknya, walaupun rendah ilmunya itu lebih mulia daripada orang yang banyak ilmunya tapi kurang akhlakya.

 

Sebab, jika hanya kepintaran yang kita andalkan itu semua tidak ada artinya apabila kita tidak memiliki adab (etika). Ilmu menjadi berbahaya bagi pemiliknya dan orang lain karena tidak dihiasi akhlak.

 

Begitu pentingnya adab hingga Allah menempatkanya sebagai hal yang paling utama. Sebab, kepintaran pun tidak ada artinya apabila seseorang tidak memiliki adab ataupun akhlak. 


Ilmu juga bisa saja menjadi berbahaya bagi pemiliknya dan orang lain karena tidak didampingi dengan adab dan akhlak yang baik.

 

Adab ataupun akhlak yang baik dalam menuntut ilmu adalah sebab baginya mendapatkan ilmu tersebut.


👤Abu Zakariya An Anbari rahimahullah mengatakan:


“Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh” (Adabul Imla’ wal Istimla’ [2], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [10]).


Adab, akhlak dan ilmu ke tiganya tidak dapat dipisahkan. karena ketiganya saling melengkapi antara satu dan yang lainnya, dari itu kita harus sama-sama mempelajari ketiganya, agar apa yang kita kerjakan kita tau ilmunya dan saat kita berkumpul atau saat kita bersosialisasi dengan orang lain kita tau bagaimana harus bersikap

Kisah Azan Bilal

 *🤲Assalamualaikum wr wb 🤲


"Saat anda baca tulisan ini, coba bayangkan bagaimana expresi Bilal . Untuk menguji seberapa rindu anda kepada Rasulullah SAW. Apakah anda ter-sedu2 seolah anda hidup dimasa itu. Silahkan dicoba*

==================


"Ya Rasul, Apakah sudah waktunya untuk Iqomat?" tanya Bilal ke Rasulullah. Rasulullah mengangguk.


Bilal pun Iqomat. Sholat berjamaah dilakukan. Rasulullah yang jadi Imamnya. 


Tapi suatu hari kebiasaan bilal adzan dan Iqomat hanyalah menjadi kenangan. Kenangan yang membangkitkan kesedihan. Sejak Rasulullah pergi, Bilal tak pernah adzan lagi. Bilal sudah mencobanya tapi tak bisa. Mulutnya tercekat, suaranya hilang ketika tiba di kata "Muhammad"


Tak tahan dengan segala kenangan. Bilal pun pergi meninggalkan Madinah. Mungkin begitulah cara mengobati kesedihan. Karena bukan kehilangan yang berat tapi kenangan. 


Lama Bilal pergi. Hingga kepemimpinan berganti. Dari Abu Bakar ke Umar. Umar rindu dengan adzan Bilal. Umar pun menemui Bilal yang kini telah tinggal di Syam. Umar merayu Bilal agar kembali lagi dan adzan lagi. 


Mata pria berkulit hitam, legam dan kekar itu berkaca-kaca. Air mata deras menetes di pipinya. Dengan suara lirih dia berkata, "Aku tak bisa, Umar. Aku tak akan mampu melakukannya lagi."


Umar sampaikan bahwa penduduk Madinah merindukan Bilal. Mereka ingin mendengarkan adzan Bilal. 


Sekali lagi Bilal berkata lirih,"aku tak akan sanggup Umar." Air mata kian deras mengalir di pipinya. Sesekali, Bilal memejamkan mata. Dia tarik napasnya dalam-dalam.


"Tapi, muslim di Madinah sedang membutuhkanmu, Bilal. Mereka ingin mendengarkanmu mengumandangkan adzan. Mereka rindu suaramu. Mereka rindu lantunan adzanmu, wahai muadzin Rasulullah!" kata Umar memohon. 


Mata Bilal kian berkaca-kaca. Dia menangkap harapan Umar yang begitu besar agar dia mau mengumandangkan adzan lagi di Madinah. Apalagi Umar sampai menempuh jarak yang begitu jauh dari Madinah ke Syam. 


Namun, berat bagi Bilal. Dia tak sanggup menanggung rindu teramat dalam jika mengingat Madinah dan mengumandangkan adzan. Bilal tak mampu menanggung rasa rindu terhadap Rasulullah yang teramat berat. Rindu itu berat. Ya sangat berat bagi Bilal. 


Umar pulang dengan tangan hampa. Bilal tetap tak mau pulang ke Madinah. Malam hari dalam tidurnya Bilal mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Dalam mimpi tersebut, Rasulullah menyapa Bilal, *"Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku?* _Mengapa sampai seperti ini?"_


*Bilal pun terbangun, tanpa berpikir panjang ia segera mempersiapkan perjalanan ke Madinah. Sambil merasakan kerinduan yang teramat dalam dan besar, Bilal pergi untuk menziarahi makam Rasulullah SAW.*


Di Raudhah, Bilal tak mampu lagi menahan haru. Dia menangis, rindu pada Rasulullah SAW, Lelaki yang telah meninggikan derajatnya. Saat itulah datang dua pemuda yang mulai beranjak dewasa menemui Bilal bin Rabbah, yang matanya sembab karena tangis.


Mereka berdua adalah cucu kesayangan Rasulullah, yakni Hasan dan Husein. Bilal yang semakin termakan usia, mencoba memeluk kedua cucu kesayangan Rasulullah tersebut.


Dan Husein berkata kepada Bilal, "Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek."


"Baiklah, aku akan melakukannya" Jawab Bilal. Bagaimana mungkin Bilal akan menolak permintaan cucu kesayangannya Rasulullah ?


Tatkala waktu sholat tiba, Bilal naik ke tempat dahulu ia terbiasa mengumandangkan adzan pada masa Rasulullah masih hidup. Ia mengambil nafas dalam-dalam, kemudian suara merdunya yang sangat khas itu terdengar kembali. Dihempas oleh angin padang pasir ke seluruh penduduk Madinah.


Ketika lafadz "Allahu Akbar..." dikumandangkan oleh Bilal, mendadak seluruh Madinah senyap. Segala kegiatan terhenti. Semua orang terkejut. Suara yang telah bertahun-tahun hilang, dan begitu dirindukan itu, telah kembali. Suara yang mengingatkan pada sosok Rasulullah nan agung.


Suara lantang sang "Muadzin Rasul" menggema ke semua penjuru kota. Seketika orang-orang yang mendengar lantunan adzan itu terdiam. Mereka terhenyak, serasa kembali ke masa Rasulullah. Dan bertanya "Apakah Rasulullah kembali?"


Saat Bilal mengumandangkan lafadz *"Asyhadu anlaa ilaha illallah," seluruh warga Madinah berlarian ke arah sumber suara itu, sambil berteriak histeris.* Sewaktu Bilal sampai pada lafadz *"Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah..."*😭 Suaranya yang menggema menjadi terdengar parau. *Dadanya bergetar, dan hatinya bergemuruh penuh kerinduan.* Bilal terisak menyebutkan nama orang yang paling dirindukannya.


Air matanya mengalir begitu saja, sambil terlintas sebuah kenangan dalam ingatan Bilal, yang teringat sosok Rasulullah SAW. Semua ingatan itu, membuat Bilal tak sanggup melanjutkan adzan pada lantunan lafadz tersebut.


Di atas menara Nabawi, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Suasana itu kemudian membuat seantero Madinah pecah oleh tangisan.


_Sang Khalifah Umar bin Khattab, menangis paling keras di antara yang lain. Mereka semua menangis, teringat masa-masa indah ketika Rasulullah masih ada bersama mereka._


*Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad. ..*


*اللهمّ صلّ على سيدنا محمّد* 


*Semoga Allah Swt mudahkan kita semua untuk berziarah ke makam Rosulullah salallahu alaaihi wassalam* _Aamiin Allahumma Aamiin_🤲

Rabu, 19 Oktober 2022

Pilihan Ada Pada Diri Kita

 *Seekor ikan bertanya kepada Kura-kura* :

"Mengapa setiap kali kamu mengalami masalah selalu bersembunyi, masuk ke dalam cangkangmu...?"


Kura-kura menjawab :

“Apa penting pertanyaan itu aku jawab ?”


Ikan berkata :

“Semua mahluk di perairan ini mempertanyakan sifat-mu yang selalu bersembunyi jika ada masalah!"


Kura-kura berkata :

"Komentar orang lain apakah penting...?

Aku tidak menghindar, 

Aku tidak lari dari kenyataan, 

Aku hanya mencari suasana yang lebih damai di dalam cangkangku."


Ikan bertanya lagi : 

"Tetapi apakah kamu tidak peduli selalu jadi bahan pembicaraan?"


Kura-kura menjawab :

"Inilah alasan mengapa aku lebih panjang umur dari pada kalian.

Kalian terlalu sibuk mengurusi kehidupanku sampai kalian lupa siapa diri kalian, 

Kalian terlalu sibuk memperhatikan diriku sampai kalian lupa siapa diri kalian."


"Dalam hidup ini kita sendiri yang menentukan pilihan,

berbuat-lah yang terbaik dan biarkan-lah orang lain mau berkomentar apapun".

"Orang yang menyukaimu tetap akan membenarkan-mu sekalipun kamu keliru,"

Sebaliknya 

"Orang yang membencimu selalu akan menyalahkanmu sekalipun kamu benar."

"Berapa banyak waktumu terbuang hanya untuk mengurusi kehidupan orang lain sehingga ...


kamu lupa pada dirimu sendiri kapan harus makan dan istirahat"

"Sayangi dirimu dengan lebih peduli pada urusanmu sendiri sebab,


Engkau akan menjadi orang yang selalu kekurangan saat kamu selalu ingin tau urusan orang lain".


Semoga kita jangan terkecoh dengan apa yang orang katakan, Jadilah diri kita sendiri,

Jadi-lah pribadi yang baik....

Dan terus meneruslah berbuat baik 🙏🙏🙏

Kamis, 13 Oktober 2022

*🕐 AKU TERTIPU WAKTU🕙*

Waktu berlalu begitu halus menipu kita yang terlena, belum sempat berdzikir pagi tau-tau hari sudah menjelang siang, belum sempat bersedekah pagi, matahari sudah meninggi. 


Rencananya jam 9 mau shalat Dhuha, tiba-tiba adzan Dzuhur sudah terdengar, penginnya setiap pagi membaca 1 juz Al-Qur'an, menambah hafalan satu hari satu ayat, tapi ya itu, "pengennya begitu". 


Komitmen "tidak" akan melewatkan malam kecuali dengan tahajud dan witir, sekalipun hanya 3 raka'at singkat. 


🌾 Semua hanya rencana 


Akan terus beginikah nasib "hidup" menghabiskan umur ?, berhura-hura dengan usia ? 


Lalu tiba-tiba masuklah usia di angka 30, sebentar kemudian 40, tak lama terasa menjadi 50, dan kemudian orang mulai memanggil kita dengan sebutan "Kek... Nek..." pertanda kita sudah tua. 


Lalu sambil menunggu ajal tiba, sejenak mengintip catatan amal yang kita ingat pernah berbuat apa...??? 


Astaghfirullah… ternyata tak seberapa!!! sedekah dan infaq cuma sekedarnya, mengajarkan ilmu tak pernah ada, silaturrahmi rusak semua. 


Jika sudah demikian, apakah ruh ini tidak akan melolong, meraung, menjerit menahan kesakitan di saat harus berpisah dari tubuh pada waktu sakaratul maut...??? 


Tambahkan usiaku ya Allah...!!!, aku butuh waktu untuk beramal dan berbekal sebelum Kau akhiri ajalku. 


Belum cukupkah menyia-nyiakan waktu selama 30, 40, 50 atau 60 tahun? 


Butuh berapa tahun lagikah untuk mengulang pagi, siang sore dan malam hari, butuh berapa minggu, bulan, dan tahun lagi agar bisa mempersiapkan diri untuk siap mati. 


Tanpa kita pernah merasa kehilangan waktu dan kesempatan untuk menghasilkan pahala di setiap detiknya, maka 1000 tahunpun tidak akan pernah cukup bagi orang orang yang terlena... 


Astaghfirullah... 


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: 


اِعْلَمُوْۤا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَا خُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَا ثُرٌ فِى الْاَ مْوَا لِ وَا لْاَ وْلَا دِ ۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّا رَ نَبَا تُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰٮهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطٰمًا ۗ وَفِى الْاٰ خِرَةِ عَذَا بٌ شَدِيْدٌ ۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَا نٌ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا مَتَا عُ الْغُرُوْرِ 


​"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu".

(QS. Al-Hadid [57]: Ayat 20) 


أَسْتَغْفِرُ الله وَأَتُوْبُ إِلَيْه


•┈┈┈┈•◈◉✹❒📚❒✹◉◈•┈┈┈┈•

Jazakumullahu khoiron.

══════ ❁✿❁ ══════

Jumat, 07 Oktober 2022

𝗞𝗹𝗶𝗲𝗻 𝗦𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗚𝘂𝗿𝘂 𝗦𝗽𝗶𝗿𝗶𝘁𝘂𝗮𝗹 𝗱𝗮𝗻 𝗞𝗲𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽𝗮𝗻


Beberapa hari lalu, salah satu hipnoterapis AWGI, Linda, berbagi kisah perjalanan, pengalaman, pertumbuhan pemahaman dan kondisi batinnya setelah berpraktik hipnoterapi sekitar dua bulan. Linda selesai pendidikan hipnoterapi di AWGI awal Agustus 2022. 


Linda cerita bahwa ia mengalami kondisi up and down dalam proses pengembangan batinnya. Di bulan pertama Linda berpraktik, ada banyak klien yang berhasil ia bantu dan berhasil lepas dari masalah yang telah mendera hidup mereka selama puluhan tahun. Dan ada juga yang Linda tidak berhasil bantu. 


"Kegagalan" ini membuat Linda sangat tidak nyaman dan menjadi beban dalam dirinya. Ia mulai meragukan kemampuan dirinya. Linda ingat di kelas saya selalu tekankan bahwa hipnoterapi adalah kontrak upaya, bukan kontrak hasil. Walau secara pikiran sadar Linda mengerti benar maksud pernyataan ini, namun di pikiran bawah sadarnya, lain lagi ceritanya. Ia tetap merasa terbebani dengan "kegagalan" ini. 


Untungnya Linda berdikusi dengan rekan sejawatnya, hipnoterapis seangkatan dirinya. Dari diskusi dan hasil perenungan mendalam, Linda akhirnya sadar bahwa ia telah lari dari tujuan pertama dan utama ia belajar hipnoterapi, yaitu membantu lebih banyak orang untuk menjadi diri mereka yang lebih baik lagi. 


Ia akhirnya sadar bahwa praktik hipnoterapinya telah dicemari oleh emosi negatif, serakah dan sombong. Menurut Linda, ia serakah karena terus berharap hasil terapi sesuai dengan keinginannya, yaitu semua kliennya sembuh. 


Di mana letak keserakahannya? 


Keserakahan adalah emosi negatif berlandaskan perasaan senang. Saat seseorang merasa senang, mengalami perasaan nyaman atau emosi positif karena sesuatu hal, ia ingin kembali merasakan dan menikmati perasaan serupa. 


Bila ia berhasil mengulang dan mengalami kembali perasaan senang ini, dorongan untuk terus mengulanginya menjadi semakin kuat, seperti bola salju yang menggelinding. 


Linda juga sadar bahwa ia telah menjadi sombong. Ia sombong karena merasa harus bisa mengatasi masalah-masalah kliennya. Klien datang dengan membawa harapan sembuh, dan Linda merasa harus bisa menyembuhkan mereka. 


Padahal, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan hipnoterapi. Dan menurut Linda, jam terbangnya sebagai hipnoterapis baru dua bulan. Ini masih awal dan perjalanan masih panjang untuk terus mengasah diri mengembangkan kompetensi terapeutiknya. 


Keserakahan dan kesombongan ini, menurut Linda, akhirnya berdampak negatif pada dirinya, dan mengakibatkan penderitaan, perasaan terbebani, tidak nyaman, merasa ragu dengan kemampuan diri. 


Akhirnya, dengan penuh kesadaran Linda berhasil melepaskan pikiran-pikiran tidak penting dan fokus pada tujuan utama ia belajar hipnoterapi, dan terus mengembangkan rasa welas asih (compassion) untuk sesama. 


Linda fokus pada proses terapi dan memahami bahwa ia tidak bisa mengendalikan hidup klien. 


Saat ini Linda praktik hipnoterapi dengan lebih relaks dan masih terus belajar dari kasus-kasus yang diceritakan oleh rekan-rekan senior di Telegram Hipnoterapis AWGI. Yang penting adalah ia telah melakukan upaya maksimal, terbaik yang bisa ia lakukan untuk kebaikan kliennya. 


Saya sepenuhnya mengerti apa yang Linda alami dan lalui. Saya dulu juga seperti ini. Bertahun-tahun lalu, tepatnya awal tahun 2005, saat baru belajar dan praktik hipnoterapi, dan telah berhasil membantu klien mengatasi masalah yang cukup berat, bahkan sangat berat, yang telah mereka alami bertahun-tahun, hanya dalam satu atau dua sesi terapi, tanpa saya sadari dalam diri saya tumbuh keserakahan dan rasa percaya diri berlebih. 


Saya merasa memiliki kemampuan luar biasa, merasa hebat dan bisa menjadi penolong atau penyelamat orang-orang bermasalah. Semakin saya praktik hipnoterapi dengan tingkat keberhasilan tinggi, tanpa saya sadari, semakin saya dicengkeram dan dikuasai oleh keserakahan dan rasa percaya diri berlebih. 


Sampai suatu saat Semesta beri saya pelajaran penting dan berharga. Saya tangani satu kasus yang sebenarnya mudah, menurut saya, tapi hingga empat sesi klien bergeming, sama sekali tidak menunjukkan kemajuan atau perubahan seperti yang diharapkan. 


Saya benar-benar terpukul, merasa marah pada diri sendiri dan juga klien. Masa kasus mudah seperti ini tidak bisa sembuh. Ini sungguh keterlaluan. Selama beberapa minggu saya merasa sangat tidak nyaman, merasa gagal, dan meragukan kompetensi terapeutik saya. 


Saya ambil waktu menenangkan diri, merenung. Apa yang sesungguhnya terjadi pada diri saya? Mengapa saya marah? Mengapa saya merasa sangat tidak nyaman?


Jawabannya, keserakahan yang terus berkembang dan bertumbuh, karena tidak dikenali dan dikendalikan dengan kesadaran dan kebijaksanaan, pada akhirnya mengakibatkan penderitaan. 


Sesuai sifatnya, keserakahan mendorong seseorang untuk terus mengulangi kesenangann atau kenikmatan yang pernah ia rasakan atau alami. Dalam hal ini, kesenangan atau kenikmatan saya adalah rasa puas, senang karena berhasil membantu klien mengatasi masalah mereka. 


Apa yang salah dengan ini? Sekilas, tidak ada yang salah. 


Ini gerak batin yang sangat halus dan tidak mudah untuk ditelisik. Saya perlu jujur dan bertanya pada diri sendiri. Rasa puas dan senang yang saya rasakan apakah berdasar rasa welas asih pada sesama, dalam hal ini klien-klien saya, yang akhirnya berhasil keluar dari masalah, ataukah karena ego saya yang merasa telah berhasil menjadi pahlawan, penyelamat mereka. 


Jawaban yang saya dapat adalah ini semua berdasar welas asih? Benarkah demikian? Bila berdasar welas asih, harusnya tidak muncul penderitaan dalam diri saya. 


Bila benar praktik saya berdasar rasa welas asih, harusnya yang saya alami adalah rasa bahagia, bukan senang. Bahagia dipengaruhi faktor intenal, dari dalam diri, sementara rasa senang dipengaruhi faktor eksternal, dari luar diri. 


Saya telisik lebih dalam. Akhirnya, terungkap bahwa ini semua karena demi kepuasan ego saya. Saya sangat senang bila berhasil membantu klien mengatasi masalah mereka, terutama klien-klien yang telah mencoba mengatasi masalah mereka dengan bantuan profesional atau dengan hipnoterapis lain, dan gagal sembuh. 


Saat mereka datang ke saya, dengan kondisi seperti ini, yang telah berkali gagal dibantu oleh pihak lain, dan saya hanya dengan satu atau dua sesi bisa menyelesaikan masalah mereka, bisa dibayangkan betapa senang dan bangganya diri saya. Betapa hebatnya saya. Dan inilah sumber penderitaan saya, keserakahan dan kesombongan yang dilandasi kebodohan. 


Di sinilah saya akhirnya tersadarkan bahwa keinginan saya yang tidak terkendali, yang dilandasi keserakahan, saat tidak terpenuhi, langsung mengaktifkan kemarahan dan kebencian. Ini sangat tidak baik untuk kemajuan dan perkembangan batin saya. 


Saat saya sadar akan kondisi ini, saya mendapat pemahaman baru yang selanjutnya mengubah sikap, persepsi, pengertian, dan praktik hipnoterapi saya hingga saat ini. 


Hipnoterapi adalah alat untuk membantu sesama menjadi pribadi lebih baik, kembali pada fitrahnya. Tugas hipnoterapis, menurut hemat saya, hanyalah sebagai fasilitator, bukan penyembuh. Yang menyembuhkan klien adalah dirinya sendiri, melalui arahan dan saran yang diberikan oleh terapis. 


Ada banyak faktor yang berpengaruh pada proses dan hasil terapi. Ada faktor yang bisa kita tangani atau kendalikan, dan banyak yang tidak bisa. Apapun situasi dan kondisinya, tugas hipnoterapis adalah melakukan yang terbaik untuk klien. Titik. 


Saya akhirnya sadar, bahwa menjadi hipnoterapis bukan sekadar belajar tentang pikiran bawah sadar, teknik terapi, dan membantu klien mengatasi masalah. Bukan! Hipnoterapis lebih dari ini. 

 

Menjadi hipnoterapis adalah kesempatan belajar dari bab-bab buku kehidupan sesama, yang berisi kisah dan perjalanan hidup seorang manusia dalam proses menjadi diri terbaik, evolusi spiritual, mengungkap keagungan dan kemuliaan, belajar menumbuh-kembangkan empati dan welas asih baik kepada diri sendiri, sesama, dan semua makhluk. 


Klien-klien yang hadir di ruang terapi sejatinya adalah para guru spiritual dan guru kehidupan yang Semesta hadirkan untuk mengajari kita, hipnoterapis, melalui masalah yang kita bantu selesaikan. Ini adalah hadiah berupa pelajaran sangat berharga yang dibungkus dengan kertas kado istimewa. 


Saat kita menerapi klien, kami juga menerapi diri sendiri. Masalah yang klien alami, sedikit banyak beresonansi dengan diri kita. Saat kita membantu sesama, sejatinya kita telah membantu diri sendiri. 


Kita, hipnoterapis, sejatinya hanyalah alat Semesta untuk mengungkap cinta, membawa lebih banyak kebaikan dan kesejahteraan untuk sesama. 


"Pikiran sangat sulit untuk dilihat, 

amat lembut dan halus,

Pikiran bergerak sesuka hatinya.

Orang bijaksana selalu menjaga pikirannya.

Seseorang yang menjaga pikirannya akan berbahagia."


Demikianlah adanya...

Demikanlah kenyataannya...

𝐂 𝐄 𝐑 𝐌 𝐈 𝐍


Cermin memantulkan apa yang kita berikan padanya secara sempurna.

Jika kita tersenyum pada cermin, cermin akan memantulkan senyuman kita.

Jika kita menangis pada cermin, cermin akan memantulkan tangisan kita. 

Jika kita menunjukkan kebengisan pada cermin, cermin akan memantulkan wajah bengis kita. 


Cermin akan memantulkan gemuk kurus, hitam putih dan tinggi pendeknya diri kita. 

Demikian pula hidup ini....


Apa yang kita berikan pada hidup, hidup akan mengembalikannya pada kita. 

Jika kita tersenyum pada hidup, hidup akan tersenyum pada kita ..!

Jika kita cemberut pada hidup, hidup akan cemberut juga !

Jika kita berbuat kebaikan, hidup akan mengembalikan kebaikan pada kita. 

Jika kita bermurah hati dan mengasihi sesama, hidup akan bermurah hati dan mengasihi kita. 

Jika kita egois dan merugikan sesama, hidup akan bersikap egois, pelit dan merugikan kita juga.


Pesan moral:

Lakukanlah segala sesuatu yang membangun, yang menghidupkan dan yang memberkati orang lain, karena ketika kita menabur berkat dan kebaikan, kita pun akan menuai berkat dan kebaikan. Sesuai dengan benih yang ditabur demikianlah buah yang akan dituai.


Bagaimana menurut Anda?

Berbuatlah Baik Meski Sekecil Apa Pun

Suatu sore menjelang matahari terbenam, ada seorang lelaki tua berjalan di pinggir pantai sambil menikmati angin laut dan desiran ombak yang tenang. 


Di kejauhan ia melihat seorang anak sedang memungut bintang laut yang terdampar dan melemparkannya lagi ke tengah laut. 


Lelaki tua itu pun segera menghampiri anak itu dan bertanya, "Mengapa kamu mengumpulkan dan melemparkan kembali bintang laut itu ke dalam air ?" 


"Karena bila dibiarkan hingga matahari pagi terbit, bintang laut yang terdampar ini akan mati kekeringan," jawab anak itu. 


"Tepi pantai ini sangat luas, dan lihatlah begitu banyak bintang laut yang terdampar disini. Aku ragu apakah usahamu itu sungguh mempunyai arti yang besar," kata orang tua tersebut. 


Anak itu mulai memandang bintang laut yang ada di tangannya tanpa berkata sepatah katapun. Setelah agak lama memandang bintang laut itu, lalu ia berkata, "Saya yakin usahaku sungguh memiliki arti yang besar, meskipun tidak untuk semua bintang laut yang terdampar, tapi setidaknya bagi yang satu ini."


Lalu ia melemparkannya ke tengah laut lagi agar bintang laut itu selamat dan hidup. 


Sahabat, berbuatlah baik meskipun sekecil apa pun, namun dampaknya tetap sebuah kebaikan yang akan bermakna besar.


Bila tak bisa menjadi jalan besar, cukuplah menjadi jalan setapak yang dapat dilalui orang. 


Bila tak bisa menjadi matahari, cukuplah menjadi lilin yang dapat menerangi sekitar kita. 


Bila tak bisa berbuat sesuatu untuk seseorang, janganlah sampai menyakiti hatinya.


Demikianlah adanya...

Demikianlah kenyataannya...

.

.

(Dapat dari Sahabat, Bpk. Herman Saputra.)

Kekurangan pasangan kita

 Sepasang suami istri sedang makan malam, sang istri membuka pembicaraan. Istri : “Suamiku sayang, bolehkah aku usul ???” Suami : “Boleh is...