TIGA HAL YANG MEMBUAT BERIBADAT JADI RINGAN
Pertama, menyadari hakekat dari melaksanakan ritus ibadat adalah semata-mata kewajiban Muslim yang cinta kepada Allah.
Sehingga merasa ringan saat mendirikannya; sebab, terlepas dari kekurangsempurnaan dalam pelaksanaannya, meyakini Allah pasti menerima cinta kita itu.
Sehingga merasa ringan saat mendirikannya; sebab, terlepas dari kekurangsempurnaan dalam pelaksanaannya, meyakini Allah pasti menerima cinta kita itu.
Kedua, mengetahui dan meyakini kebenaran dari syareat yang kita kerjakan, dengan patokan yang memang ada dalilnya.
Sehingga terhindar dari sesuatu yang diada-adakan manusia, terhindar dari yang sia-sia.
Tidak membuang-buang waktu untuk perkara yang dikira ritus ibadatpadahal tidak ada perintah agama untuk hal itu.
Sehingga ritus ibadat yang dikerjakan tidak bertumpuk tapi mubazir.
Sehingga terhindar dari sesuatu yang diada-adakan manusia, terhindar dari yang sia-sia.
Tidak membuang-buang waktu untuk perkara yang dikira ritus ibadatpadahal tidak ada perintah agama untuk hal itu.
Sehingga ritus ibadat yang dikerjakan tidak bertumpuk tapi mubazir.
Ketiga, mengerjakan apa yang kita lakukan dengan ikhlas.
Artinya, kepatuhan kita itu benar-benar karena Allah.
Artinya, kepatuhan kita itu benar-benar karena Allah.
Seorang Muslim yang ihsan --yang meyakini Allah senantiasa melihat dan mengawasinya-- yang sudah menerapkan hakekat, syareat, dan ikhlas dengan benar, tak membutuhkan penilaian orang lain.
Tidak memerlukan topeng dan kostum.
Tidak memerlukan atribut apapun.
Tidak memerlukan topeng dan kostum.
Tidak memerlukan atribut apapun.
Yang jelas, Muslim yang ikhlas adalah Muslim yang gembira ketika ia melakukan apapun semata-mata mengharap ridha Allah; dan bukan karena ingin pujian dari manusia.
Yang pasti, Muslim yang ikhlas akan dimuliakan Allah.
Orang yang ingin dimuliakan manusia, ia akan menenggelamkan dirinya sendiri.
Orang yang ingin dimuliakan manusia, ia akan menenggelamkan dirinya sendiri.