Translate

Rabu, 12 Oktober 2016

Makna kata "Allah"

Seorang gadis Spanyol menjelaskan makna kata "Allah" setelah
Gadis ini sekarang menempuh studi magisternya di bidang Bahasa Arab di Universitas Yarmuk, Yordania.

Suatu hari, di tengah-tengah kuliah di tahun kedua, seorang dosen (Dr. Fakhri Kitanah) mengajukan soal kepada para mahasiswanya
 Adakah di antara kalian yang mampu menjelaskan kepada saya tentang lafazh jagalah (Allah) dari sisi linguistik dan juga sisi akustik (vokal)?
Tidak ada seorang pun yang mengangkat tangannya untuk menjawab, kecuali gadis Spanyol tersebut, yang dipanggil "Helen", yang mampu bercakap cakap dengan Bahasa Arab yang fasih, meskipun dia seorang Kristen Spanyol
Dia berkata:
"Sesungguhnya, sebaik baik kata yang pernah saya baca dalam Bahasa Arab adalah kata "Allah"
Mekanisme penyebutan nama-Nya Yang Mulia oleh lisan manusia memiliki nada yang unik
 Seluruh huruf yang menyusun lafazh-Nya (Allah) terdiri dari huruf yang pengucapannya murni dari tenggorokan, bukan dari bibir
Jadi, lafazh Allah tidak diucapkan (dilisankan) dengan bibir, karena lafazh tersebut tidak mengandung suatu poin (yang mengharuskan kita untuk mengucapkannya dengan bibir)
Cobalah, lafazhkan nama "Allah" sekarang...
Dan perhatikanlah bagaimana engkau mengucapkannya
Apakah engkau mengucapkan huruf huruf (penyusun lafazh Allah) dari ujung tenggorokanmu, atau melisankannya (dari bibir)?
Dan tidak ada gerakan (yang jelas) di dalam wajahmu dan bibirmu
*(Maksudnya, berarti lafazh itu berasal dari tenggorokan, karena tidak terlihat di bibir)*
Dan salah satu hikmah dari hal tersebut adalah, apabila seseorang ingin mengucapkan lafazh Allah, (sebenarnya) orang orang yang berada di sekitarnya bisa jadi tidak menyadarinya
*(Mungkin berarti orang tersebut tidak perlu takut dituduh riya' jika menyebutkan nama Allah, karena pada dasarnya lafazh Allah bisa diucapkan, meskipun tanpa menggerakkan bibir, sehingga bisa terlihat oleh orang lain, dan dianggap riya)*
Dan salah satu keagungan nama-Nya tersebut adalah, meskipun huruf huruf penyusunnya berkurang, namun (esensinya) tetap sama seperti sebelumnya
 Pertama, kita mengetahui bahwa Lafazh "Allah" diberi _syakl_ dengan dhommah di akhir hurufnya, sehingga dibaca "Allahu"
 Apabila kita hilangkan huruf pertamanya (alif) , maka akan menjadi kata لله
Dan huruf ini (لله) (masih memiliki esensi ketuhanan), seperti yang ada di dalam ayat:
و *لله* الأسماء الحسنى فادعوه بها
Jika kita hilangkan huruf alif dan lam yang pertama, maka akan kita dapati lafazh له, dan ini tetap merujuk kepada esensi ketuhanan, seperti yang tertera dalam Firman-Nya:
*له* ما في السموات و الأرض
Bahkan, apabila huruf alif, lam pertama, dan lam kedua dihilangkan, akan tersisa huruf ھ, dengan harakat dhummah
Dan dalam kondisi seperti itupun (hanya tersisa huruf ھ), akan tetap mengisyaratkan kepada-Nya,  seperti yang terdapat dalam kitab-Nya:
هو الله الذي لا إله إلا *هو*
*(lafazh هو dibaca ھ jika diwaqafkan)*
Jika kita menghilangkan huruf lam pertama, akan tersisa kata إله, seperti yang ada dalam ayat:
الله لا *إله* إلا هو
 Helen, sekarang bernama Abidah...
Inilah kami, orang orang Arab yang berbangga hati, karena kami Muslim...
Kami tidak mampu menafsirkan kata ini (lafazh "Allah")
 *(Padahal kami orang Arab, dan lafazh itu dari bahasa Arab)*
Dan dia (Helen) sekarang diberikan kenikmatan untuk memeluk Islam...
Mengapa kita menahan diri kita dari nasihat nasihat yang berkaitan dengan urusan agama?
Mari, kita sebarkan nasihat ini, seperti yang dikatakan oleh Rasullullah:
_"Sampaikanlah apa apa dariku meskipun hanya satu ayat"_
Dan, dengan membagikan nasihat ini, anda telah menyampaikan _ayat_ yang dimaksud, dan (Insyaallah)  akan menjadi syafa'at bagi anda kelak..
Aamiin                                                #copas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kekurangan pasangan kita

 Sepasang suami istri sedang makan malam, sang istri membuka pembicaraan. Istri : “Suamiku sayang, bolehkah aku usul ???” Suami : “Boleh is...