Translate

Senin, 27 Juni 2022

MEMBEDAKAN JIN, RUH DAN MALAIKAT

 Banyak orang yang ketika kesurupan mengaku wali, ada juga yang mengaku tokoh kerajaan pada zaman dahulu. Ada juga orang yang mengklaim di dampingi leluhurnya yang sakti telah meninggal puluhan tahun yang lalu.


Begitu juga sering terjadi bagi para pejalan ruhani sering didatangi dan melihat sosok para wali dan Malaikat dengan memakai sorban dan jubah sehingga sangat meyakinkan.


Jika kita tidak teliti dan tidak hati-hati maka kita akan mudah kena jebakan dan mudah percaya. Padahal antara Jin dan Ruh orang yang telah meninggal dunia itu di alam ghaib sangat jauh perbedaannya. Jika Ruh/Jiwa manusia bentuknya transparan lebih halus sehingga jika bersandar ke dinding, maka dindingnya juga masih kelihatan.


Berbeda dengan Jin yang tubuh jasadnya adalah enerji agak kasar sehingga mereka bisa menggerakan benda dan memadatkan enerjinya maka bentuk wujudnya bisa dilihat oleh kedua mata manusia. Jika bersandar di dinding maka dindingnya ketutupan tubuhnya walaupun tidak mutlak.


Sebagian orang tidak meyakini adanya Ruh orang yang sudah meninggal dunia masih di alam dunia yang disebut Ruh orang gentayangan. Ada yang menganggapnya sosok tersebut adalah Jin yang menyamar manusia. Ada juga yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah Qorin yaitu Jin yang mendampingi manusia dari sejak lahir.


Jika Qorin itu memang dari Jin maka tubuh jasadnya adalah tubuh enerji yang kasar, tetap berbeda dengan Ruh/Jiwa orang yang telah meninggal dunia. Sehingga tetap kelihatan apakah itu Jin atau Ruh orang yang mati.


Ruh/Jiwa disebut gentayangan karena menolak dibawa ke alam barzakh karena beberapa sebab antara lain memiliki dendam yang kuat, waktu hidupnya punya ilmu kesaktian, sehingga meyakini dirinya bisa terhindar dari celaka dan binasa termasuk kematian. Cinta kepada harta dan kedudukan yang sangat kuat. Memiliki ikatan cinta yang kuat dengan pasangannya dan anaknya.


Dengan diadakannya tahlil kematian selama tujuh malam, selamatan 40,100 harinya bisa membantu dan mendoakan ruh/Jiwa yang telah mati menyadari dirinya telah mati dan jiwanya siap pulang ke Alam Barzakh.


Jin yang kelas tinggi lebih canggih lagi, mereka bisa menciptakan baju kamuflase, dengan begitu mereka bisa menyerupai bentuk siapa saja dan mengaku-ngaku siapa saja sesuai dengan sugestinya.


Beda dengan Malaikat tubuhnya dari cahaya yang sangat terang Cahayanya tidak bisa disamai oleh Jin. sehebat-hebatnya Jin jika di alam ghaib ketika menyamar menjadi Malaikat maka kelihatan, karena Cahaya Jin dan Malaikat berbeda. 


Cahaya Malaikat sangat murni bersih stabil karena mereka tidak pernah bermaksiat kepada Allah. Berbeda dengan Jin cahayanya tidak stabil, karena mereka bisa jadi Jin yang baik dan soleh, bisa juga jadi Jin yang jahat yang terpengaruh oleh hawa nafsunya.


Cahaya para Wali Allah atau manusia yang derajatnya sudah mencapi Insan Kamil lebih terang melebihi Cahaya Malaikat. Sebaliknya Cahaya manusia yang suka berbuat dosa dan maksiat maka sangat jelek hitam legam, melebihi Kegelapan Syetan.


Para Malaikat dan Ruh/Jiwa para Wali yang datang menemui manusia, maka level cahayanya diturunkan atau dikondisikan sehingga orang biasa tidak silau dan kaget dengan Cahaya mereka yang suci dan terang benderang.


Allah Telah Memberikan Perangkat Yang komplit.


Manusia mempunyai Tujuh Mata yaitu dua mata dhohir adalah mata kesatu dan mata kedua, fungsinya untuk melihat yang dzohir, yang kita lihat selama ini itulah alam dunia. Sedangkan titik diantara kedua alis yang disebut cakra ajna itu adalah mata ketiga, berfungsi untuk melihat dimensi ghaib yang berisi Jin dan teman-temannya.


Di atasnya lagi adalah mata keempat untuk melihat enerji yang lebih halus dan bisa semakin tajam melihat dimensi ghaib. Lalu di atasnya lagi mata kelima untuk melihat dimensi cahaya yang lebih terang. Sehingga bisa melihat Malaikat dalam bentuk Cahaya yang terang.


Orang yang Mata kelimanya sudah terbuka maka akan bisa dengan mudah membedakan dan melihat Jin yang suka nyamar dan ngaku-ngaku jadi wali dan tokoh besar serta ngaku menjadi Malaikat


Jika ada Jin yang menyamar dan mengaku wali, cukup fokus dilihat saja dengan menggunakan mata kelima maka akan terlihat hakekat wujud dari sosok yang ngaku wali itu ternyata bentuknya mengerikan dan baunya busuk menyesakkan dada.


Selanjutnya di atasnya lagi ada mata keenam untuk melihat dimensi yang lebih dalam atau hekekat wujud seseorang. Inilah yang disebut dengan Mukasyafah yaitu disingkapnya pandangan batin seseorang semakin tajam. Sehingga bisa melihat hakekat wujud seseorang karena hasil pebuatannya sehari-hari.


Bahkan bisa mencium bau wangi jiwa seseorang karena suka beribadah dan mencium bau jiwa yang busuk karena suka berbuat maksiat. Setiap amal ibadah itu secara ruhani diwujudkan dalam bauan yang wangi, sedangkan perbuatan dosa diwujudkan dalam bentuk bau yang busuk.


Jika secara dzohir seseorang kelihatan sangat cantik/ganteng lalu dilihat dengan mata keenam ternyata wujud hakekatnya adalah seekor babi yang baunya busuk sekali, hal itu terjadi akibat orang itu suka berbuat mengerjakan maksiat.  


Seseorang bisa saja ngaku ulama yang paling alim dan hebat dengan dandanan ulama, akan tetapi setelah dilihat dengan Mata Keenam, maka hakekat wujudnya bisa berwujud hewan atau manusia yang buruk rupanya karena sesuai dengan amal perbuatan kebiasaannya sehari-hari.

 

Adapun di atasnya lagi adalah Mata Ketujuh yaitu berkaitan dengan Musyahadah artinya tersingkapnya hijab sehingga bisa makrifat kepada Allah.


"Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepatuhan." (QS. Al-An'aam. 79)


Musyahadah itu adalah tajalli Allah SWT, pada hambanya dimana seorang hamba itu tidak melihat apapun didalam beribadah itu adalah dalam pengertian umum, melainkan dia hanyalah berkeyakinan bahwa dirinya telah berhadapan langsung dengan Allah SWT.


Semoga kita selalu dilindungi oleh Allah dari gangguan dan godaan Syetan dan Semoga Semua Makhluk mendapatkan Cahaya dari Allah. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kekurangan pasangan kita

 Sepasang suami istri sedang makan malam, sang istri membuka pembicaraan. Istri : “Suamiku sayang, bolehkah aku usul ???” Suami : “Boleh is...