Translate

Rabu, 24 Januari 2018

KISAH NYATA''SAYA HARUS MEMBUANG AIR SUSU SAYA BU'' ...

... ''KISAH NYATA''SAYA HARUS MEMBUANG AIR SUSU SAYA BU'' ...
Bismillahir-Rah  maanir-Rahim ... Kisah ini didapatkan dari Riyadh Saudi Arabia.Di sebuah desa Huraimla, ada seorang wanita yang sudah dinyatakan oleh Dokter terkena kanker darah, kondisi fisiknya sudah tidak bisa lagi berbuat apa-apa.Untuk merawat dirinya dan memenuhi semua keperluannya, dia mendatangkan pembantu dari Indonesia. Pembantu ini adalah seorang wanita yang taat beragama.
Satu minggu setelah bekerja,Majikan merasa pekerjaannya dianggap bagus. Majikan wanita selalu memperhatikan apa yang dia kerjakan.Suatu waktu si Majikan memperhatikan kelakukan aneh si pembantu. Pembantunya ini sering sekali ke kamar mandi dan berdiam cukup lama.
Dengan tutur kata yang lemah lembut si Majikan bertanya.” Apa yang sebenarnya engkau lakukan di kamar mandi..?” Pembantu itu tidak menjawab, tetapi justru menangis tersedu-sedu. Si Majikan menjadi iba dan kemudian menghiburnya sambil menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Akhirnya Pembantunya itupun bercerita bahwa dirinya baru 20 hari melahirkan anaknya. Karena desakan ekonomi itulah dia terpaksa berangkat bekerja sebagai TKW di Arab Saudi.
“Saya harus membuang air susu saya Bu,kalau tidak dibuang dada saya terasa sesak dan penuh karena tidak disusu oleh anak saya. “
Air susu yang menumpuk dan tidak tersalurkan itulah yang membuatnya sakit sehingga harus diperas dan dibuang di kamar mandi.
“Subhanalloh,An da berjuang untuk anak dan keluarga Anda,” Kata majikan.Ternyat a Majikannya tidak seburuk seperti yang diceritakan di koran-koran atau televisi.Seketi ka itu juga si majikan memberikan gajinya secara penuh selama 2 tahun sesuai dengan akad kontraknya dan memberikannya tiket pulang.
“Kamu pulanglah dulu,uang sudah saya berikan penuh untuk 2 tahun kontrakmu,kamu susui anakmu secara penuh selama 2 tahun dan jika kamu igin kembali bekerja kamu mengubungi telepon ini sekaligus saya akan mengirim uang untuk tiket keberangkatanmu .”.
“Subhanalloh, apa Ibu tidak apa-apa saya tinggal..?” Si Majikan waktu itu hanya menggelengkan kepala bahwa apa yang kamu tinggal lebih berharga dari pada mengurus saya.
Setelah pembantu itu pulang,majikan mengalami perubahan luar bisa. Pikirannya menjadi terfokus pada kesembuhan dan hatinya menjadi sangat senang karena dapat membantu orang yang sedang kesulitan.
Hari-harinya tidak lagi memikirkan sakitnya lagi,yang ada hanyalah rasa bahagia.Sebulan  kemudian dia baru kembali lagi ke rumah sakit untuk kontrol.Dokter yang menanganinya segera melakukan pemeriksaaan mendetail. Tapi apa yang terjadi..?
Dokter yang menangani awal tidak melihat ada penyakit seperti diagnosa sebelumnya.Dia tidak melihat ada penyakit kanker darah yang diderita pasiennnya.Dokt er itu terkagum-kagum, bagaimana mungkin bisa sedahsyat dan secepat itu penyakitnya bisa sembuh, apalagi kanker darah.Apa telah terjadi salah diagnosa..???.
Akhirnya Dokter itupun bertanya,apa sebenanrnya yang telah dilakukan oleh pasien.
Wanita itupun menjawab,,” Saya tidak melakukan apa-apa dengan sakit saya, mungkin sedekah yang telah saya lakukan ke pembantu saya telah membantuku sembuh,nyatanya  setelah saya menolong hati saya menjadi lebih bergairah untuk sembuh dan hidup, saya mempunyai pembantu yang sedang menyusui anaknya tapi susu itu tidak dapat disalurkan dan harus dibuang di kamar mandi,
Saya menangis apabila mengingat akan keadaannya,akhi rnya pembantu itu saya suruh pulang agar bisa menyalurkan air sususnya dan dia sehat dan anaknya juga bisa sehat.mungkin dengan itu akhirnya sakit saya sembuh Dokter .,,”
Dokter itupun akhirnya tersadar,bahwa diagnosa dan sakit apapun bisa sembuh karena ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala memang menghendakinya, ‘Obatilah orang yang sakit dengan sedekah…
Wallahu’alam bishshawab, ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...
Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
~ o ~
Semoga bermanfaat dan Penuh Kebarokahan dari Allah ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
---------------  ---------------  ----
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahum  ma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ... 

GOLONGAN YANG MENDAPAT NAUNGAN ALLAH DI HARI KIAMAT


GOLONGAN YANG MENDAPAT NAUNGAN ALLAH DI HARI KIAMAT

Rasulullah SAW bersabda: "Tujuh golongan umatku yang akan mendapatkan naungan dari Allah subhana wa Ta'ala, dimana tidak ada lagi naungan selain naungan Nya pada hari kiamat nanti adalah :

1. Imam (pemimpin) yang adil.

2. Pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, di saat nafsunya bergejolak.

3. Hamba yang hatinya selalu terpaut pada masjid, senang berjamaah dan beraktivitas memakmurkan masjid.

4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul, berjumpa, bersahabat karena Allah dan berpisah karena Allah pula.

5. Seorang hamba lelaki yang dirayu oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan tetapi ia menolaknya seraya berkata 'Aku takut kepada Allah'.

6. Hamba yang bersedekah sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya, ikhlas karena Allah.

7. Hamba yang berdzikir dan berdoa kepada Allah dalam keheningan malam, dalam kesendiriannya, dalam muhasabah dirinya lalu ia menitikkan air matanya. Tangisan karena takut dan cinta kepada Allah Ta’ala." (HR. Bukhari Muslim)

Kemudian, penyebutan 7 golongan dalam hadits ini tidaklah menunjukkan pembatasan. Karena telah shahih dalam hadits lain adanya golongan lain yang Allah lindungi pada hari kiamat selain dari 7 golongan di atas. Di antaranya adalah orang yang memberikan kelonggaran dalam penagihan utang.

Dari Jabir radhiallahu anhu: Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ عَنْهُ أَظَلَّهُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ

“Barangsiapa yang memberikan kelonggaran kepada orang yang berutang atau menggugurkan utangnya, maka Allah akan menaunginya di bawah naungan-Nya.” (HR. Muslim)

Ya Allah yang Menguasai langit bumi, masukkanlah kami kedalam golongan hamba-hambaMu yang Kau naungi kelak di hari akhir ... Aamiin ya Robbal alamin

BELAJAR INTROSPEKSI DIRI"


"BELAJAR INTROSPEKSI DIRI"

Jangan memandang kejahatan orang lain sebagai senuah kepastian bahwa ia bakal masuk ke dalam Neraka.

Dan jangan pula memandang kebaikan diri sendiri sebagai sebuah kepastian bahwa kita bakal masuk ke dalam Surga.

Karena sesungguhnya hati manusia itu sewaktu-waktu bisa berubah. Kadang baik dan kadang pula menjadi tidak baik.

Seseorang yang sekarang jahat belum tentu selamanya dan saat akhir kematiannya akan tetap jahat.
Demikian pula seseorang yang sekarang baik belum tentu selamanya dan saat akhir kematiannya tetap baik.

Surga dan Neraka hanya Allah yang menentukan.

Kita hanya sebatas berusaha menjadi orang yang baik dengan mengerjakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Semoga kita akan senantiasa mendapatkan rahmat serta hidayah-nya Nya sehingga kita bakal ditempatkan mulia di sisi-Nya menjadi salah satu yang terbaik.

Amin Ya Rabbal 'Alamin.

GABUNG YUK di FP Strawberry ada banyak kata HIKMAH, RENUNGAN dan MOTIVASI.

Ajak sahabat yanng lainnya bergabung

insya Allah Bermanfaat

Biar air mata mengalir menyesali segala dosa.... daripada selalu ketawa tanpa menginsafi noda


Bismillahir-Rahmanir-Rahiim...Biar air mata mengalir menyesali segala dosa....
daripada selalu ketawa tanpa menginsafi noda

Biar air mata mengalir ketika bertaubat..
daripada tak sempat krena terlambat

Biar air mata mengalir krena syukur..
daripada terus terleka dalam kufur

Biar air mata kita mengalir krena memohon petunjuk.
daripada tergoda dengan syaitan yang memujuk

Biar air mata kita mengalir krena takut api neraka..
daripada terus menjadi hamba Allah yang durhaka

Biar air mata kita mengalir krena rindu syurga..
daripada terus tertipu dengan dunia hingga tiada harga.

#Tidak dengan selalu menangis itu berarti cengeng..!
Tidak pula setiap tangisan itu bertanda lemah,,
tetapi adapula kalanya tangisan itu lebih berarti daripada selalu dalam kesenangan yang membuahkan kelenaan,,

Barakallahufikum ....

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

~ o ~

Salam santun dan keep istiqomah ...

--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini ... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan ... ----

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ... 

MUDA , KAYA , TIDAK BAHAGIA ?

MUDA , KAYA , TIDAK BAHAGIA ?
SEGALANYA memang masih simpang-siur. Tidak jelas, atau belum jelas. Itu jika menyangkut nama besar yang punya banyak duit di negeri ini.
Tanpa sengaja mengikuti berita penangkapan Raffi Ahmad oleh BNN, saya jadi ingat, entah kapan pertama kalinya saya melihat Raffi Ahmad di televisi. Saya bukan penggemarnya. Bukan pula seseorang yang membencinya. Biasa-biasa saja.
Ketika mendengar kabar itu tadi pagi, spontan saya bertanya pada adik ipar saya, “Jika kamu punya banyak duit, apa yang bakalan kamu lakukan?” Adik ipar saya baru lulus SMA, dan segera kerja dalam beberapa bulan ini.
Ia hanya tertawa. Bingung juga menjawabnya.
Kemudian, saya mereka-reka jawaban-jawaban  saya sendiri. Bahkan ketika usia tidak muda pun, saya akan menjawab banyak hal namun ujungnya harus satu : “Saya harus bahagia”.
Lantas, apakah Raffi Ahmad ini tidak bahagia? Tak ada yang bisa menjawabnya kecuali Allah SWT dan dia sendiri.
Saya membayangkan kehidupan artis. Bekerja tak ada jam kerja. Penghasilan besar. Malam bisa jadi siang, dan begitu sebaliknya. Namun hidup melayap dari satu tempat ke tempat lain. Dari satu komunitas ke komunitas yang lain.
Ada banyak artis yang menurut mereka, mereka sudah “insyaf” dari dunia artis. Ada Harry Mukti. Sakti Sheila on7. Dan banyak lagi.
Kang Harry Moekti suatu kali mengungkapkan, dunia artis tampak sangat menyenangkan. Padahal, sebenarnya penuh kemaksiatan. Karena itu, janganlah memilih dunia tersebut.
“Saya ini mantan artis, jadi tahu persis kehidupan di dunia artis,” kata beliau. Kang Harry mengaku, ia meninggalkan dunia penuh gemerlap itu tahun 1995, saat berada pada puncak ketenaran. Saat itu, dalam dirinya muncul kesadaran, bahwa dunia yang dijalaninya jauh dari tuntunan agama Islam yang diyakininya.
“Masa iya saya mengucapkan ‘Assalamuallaik um’ dengan suara keras, tapi malah menjauhkan orang yang saya sapa itu dari Allah SWT?” demikian ujarnya suatu kali di sebuah kajian yang pernah saya hadiri.
Sedangkan Sakti Sheila On7, katanya memetik cahaya hidayah di Bandara Adisucipto, Yogyakarta. Saat itu, ia bersama Erros akan terbang ke Malaysia untuk menerima penghargaan musik di negeri jiran itu. Saat menunggu pesawat, ia masuk ke sebuah toko buku. Matanya tertumbuk pada sebuah buku berjudul “Menjemput Sakaratul Maut Bersama Rasulullah”.
“Saat itu sedang musim kecelakaan pesawat. Hati jadi tidak menentu, kepikiran bagaimana kalau pesawat yang saya tumpangi jatuh dan saya mati, bagaimana nanti jadinya,” ujarnya mengenang. Buku itu lalu ia beli dan ia bawa kembali saat pulang. Di rumah, perasaannya semakin trenyuh karena mendapati ibunya sedang sakit lantaran sebelah paru-parunya mengecil. Pikirannya makin lekat pada kematian setelah seorang bibinya yang datang menjenguk membawakan sebuah majalah keagamaan yang juga bicara kematian.
Rentetan peristiwa itu membuat Sakti merasa diingatkan Allah tentang kematian, hal yang dulu sama sekali tak pernah ia pikirkan.“Kita semua akan mati. Masalah waktunya, kita tak pernah tahu,” ujarnya pelan. Ia seperti tersadar bahwa amal di dunia sangat menentukan kebahagiaan di akhirat. Pikirannya semakin fokus pada kematian setelah dalam pengajian-penga jian yang ia ikuti ia memperoleh pengetahuan betapa dahsyatnya kepedihan akhirat, dan sebaliknya betapa indahnya kebahagiaan di sana.
Lantas, pertanyaannya, apakah Harry Mukti, dan Sakti sekarang ini hidup bahagia dengan pilihannya? Saya, dan siapapun tak pernah tahu. Hanya mereka dan Allah. Sama seperti hal yang terjadi pada Raffi Ahmad. Hanya dalam pikiran saya yang generik, siapapun yang memakai narkoba, dia adalah orang yang sakit dan tidak bahagia dengan hidupnya sendiri. Ada begitu banyak pilihan di sekeliling kita. Mau jadi artis. Ustadz. Penulis. Atau apapun. Kalau hanya sekadar muda, kaya, tapi tidak bahagia, apa artinya? 

HARUSKAH MEMBERI PEMINTA-MINTA ?

HARUSKAH MEMBERI PEMINTA-MINTA ?
Di Sebuah Pengajian salah seorang Santri bertanya kepada gurunya :
" Guru, mengapa kita perlu bersedekah ? Haruskah kita memberi kepada peminta-minta yg sering mendatangi rumah kita ? Padahal kita tdk yakin apakah mereka itu layak atau tidak diberi sedekah ?..."
Sang Kyai yg bijak tsb sambil tersenyum menjawab....
"Kalau kita ingin mengirim sesuatu ke tempat yg jauh lewat ekspedisi, kira-2 perlu biaya yg mahal nggak ya ? "
"Oh Iya pasti Guru ...biayanya pasti mahal karena alamat yg dituju sangat jauh" jawab salah seorang santri.
" Oke, nah sekarang Guru tanya, jika ternyata ada orang yg datang ke rumah kita dan dia bersedia mengantarkan paket kita ke tempat yg jauh tsb , dan sama sekali tdk dipungut biaya alias Gratis, ada yang mau nggak " tanya Pak Kyai tsb kemudian.
" Ya tentu kita semua mau Guru" jawab beberapa santri hampir berbarengan.
" Nah, begitulah seharusnya... Paket itu bisa kita umpamakan dgn sedekah kita .....Kita semua disini meyakini utk hidup selamat nantinya dikehidupan abadi kelak setelah kita mati,... maka kita perlu banyak membawa bekal ke akhirat termasuk sedekah kita.......Ada yang tahu diantara santri2 ku sekarang ini, persisnya di mana akhirat itu ? Jauh apa dekat ya ?" Tanya sang Guru lagi.
Semua Santri terdiam...karen a memang tdk ada yg tahu jawabannya...
"Nah.....pemint a-minta tsb bisa kita samakan dgn orang yg datang ke rumah kita... dan dia mau mengantarkan paket atau sedekah kita ke akhirat yang kita sendiri tidak tahu berapa jauh dan dimana akhirat itu,... secara gratis lagi tanpa dipungut biaya seperserpun ..., dan hanya peminta2 itulah yang tahu persis alamatnya....ba hkan dia menjamin paket tsb pasti sampai....Masih  ada yg tidak mau menitipin paketnya ?" Jelas Pak Kyai tsb sambil tersenyum kepada murid2 nya....
Para Santri terlihat mulai mengangguk2 anggukan kepalanya tanda mulai menyimak dan mengerti maksud kiasan yg disampaikan oleh Guru mereka....
" Masalah apakah peminta-minta tsb layak atau tidak diberi sedekah, janganlah kita jadikan alasan utk tidak memberi...." Lanjut Pak Kyai.
" Tidak ada orang yg mau menghinakan diri utk meminta2 kalau memang ada pilihan yang lebih baik....yang jelas kita berniat utk bersedekah...bi arlah Allah yg menilai keikhlasan dari Sedekah kita....bukanka h perbuatan baik atau tdk seseorang tsb dinilai dari niatnya ?" Kata Pak Kyai tsb memperjelas ceramahnya.
Seorang Ulama Besar, Syaikh Abdul Qadir Jailani pernah berkata :
" Jangan menolak dan mengusir peminta-minta, sementara engkau sanggup memberikan sesuatu baik sedikit ataupun banyak"
" Sukailah kebiasaan memberi kepada orang lain, karena ALLAH sangat senang 'memberi'. dan bersyukurlah, karena ALLAH telah menjadikanmu mampu untuk memberi "
" Celakalah jika engkau menolak peminta-minta, sementara peminta-minta itu adalah hadiah dari ALLAH dan engkau mampu untuk memberinya

Kebenaran dan Kebaikan

Kebenaran dan Kebaikan 
Perkara benar-salah hanya mempunyai satu nilai: benar atau salah.
Oleh karenanya, perkara benar-salah harus disandarkan kepada suatu hukum; ia bersifat pasti karena ada satu tolok ukurnya (parameter, batasan yang dijadikan ukuran).
Perbedaan pendapat dalam menilaibenar atau salah, semata-mata karena sandaran hukumnya berbeda.
Mustahil ada perbedaan pendapat jika sandaran hukumnya sama.
Perkara baik-buruk memiliki banyak nilai: Sangat baik, baik, kurang baik, buruk, agak buruk, sangat buruk dan seterusnya.
Penilaian perkara baik-buruk biasanya tergantung kepada kepentingan si penilai, baik bersifat kepentingan individu maupun kepentingan kelompok.
Dan terkadang dipengaruhi pula oleh situasi dan kondisi saat membandingkannya.
Jadi, sifatnya sering tidak pasti atau relatif.
Perbedaan pendapat dalam menilaibaik atau buruk, tergantung dari sudut mana suatu kepentingan berpihak.
Mustahil ada kesamaan pendapat bila kepentingannya berbeda.
Yang jelas, dalam perkara agama (Islam), sesuatu yang baik belum tentu benar, sesuatu yang benar pasti baik.
Karenanya, bagi seorang Muslim, yang paling penting harus berpegang pada kebenaran. 
Orang baik yang tidak benar biasanya seorang penipu; kebaikannya hanyalah kepura-puraan.






YANG DIAJARKAN MESTI BENAR, BUKAN SEKADAR BAIK
Perkara yang berkaitan dengan benar atau salah, haruslah didasarkan pada satu kaidah hukum. 
Kebenaran tidak bisa dipisahkan dari dalil-dalil hukum tersebut.
Tanpa dalil hukum tidak ada kebenaran.
Contoh, sebuah batu berbentuk bulat dengan sebuah batu berbentuk kotak.
Dilihat dari jenis benda, kedua-duanya disebut batu.
Bentuk yang berbeda tidak menjadikan salah satunya disebut bukan batu. 
Jadi, dilihat dari sudut hukum jenis benda, kedua-duanya adalah benar (benar batu). 
Hal di atas patut diambil contoh; sebab dalam suatu ritus ibadat, kita sering melihat beberapa perbedaan kecil dalam pelaksanaannya.
Jika masing-masing perbedaan itu ditunjang dalil agama, maka kedua-duanya benar dalam pandangan agama. 
Perbedaan pelaksanaan itu merupakan hikmah kemudahan dalam mengerjakan ritus ibadat.
Jika tidak ditunjang dalil agama, perbuatan itu salah; itu bukan kemudahan, tapi kerusakan.
Mesti dicamkan, menurut hadits, orang yang membangun jalan yang benar dalam Islam akan menerima pahala dari orang-orang yang mengikutinya, tanpa ada pengurangan dalam pahala mereka.
Sebaliknya, orang yang membangun jalan yang sesat dalam Islam akan menanggung beban dosa dari orang-orang yang mengikutinya, tanpa pengurangan beban (dosa orang-orang) tersebut.   
Renungkan.






JANGAN MEREKAYASA RITUS IBADAT
Jangan membuat ketentuan agama hanya dengan alasan tidak ada larangannya dari Nabi Saw ataupun di dalam Al Qur’an.
Kalau segala sesuatu --yang serupa ritus-- boleh dilakukan hanya karena tak ada larangannya dari Nabi atau dalam Al Qur’an; apa boleh kita melaksanakan salat zuhur menjadi satu rakaat saja, atau menambahnya menjadi enam rakaat?
Tokh, tak ada larangannya dari Nabi? 
Apa boleh melaksanakan akekah dengan kodok, dan bukan dengan kambing? Tokh, tak ada larangannya? 
Atau, apa boleh qurban itu dilaksanakannya pada hari Idul fitri?  Tokh, tak ada larangannya?
Memang di antara yang dijadikan sunah ada perkara ibadah yang tidak dicontohkan Nabi Saw, namun dilakukan para sahabat Ra.
Hanya saja perkara tersebut sepengetahuan Nabi; dan Nabi Saw mengizinkannya atau tidak melarangnya. 
Jadi jelas, dalam masalah ritus ibadat, kita melakukannya harus berdasar contoh atau izin dari Nabi; bukan sekadar tidak ada larangannya. 
Kalau semata-mata hanya tidak ada larangannya --padahal Nabi tidak mengalami atau melihat hal serupa itu-- tidak bisa dijadikan dasar hukum untuk membuat sebuah ketentuan yang menyerupai ritus ibadat. 
Lain halnya kalau Nabi melihat sebuah perbuatan, tapi Nabi tidak melarangnya, maka boleh saja perbuatan tersebut dilakukan.
Contohnya, Nabi pernah melihat orang berdoa sambil mengangkat tangan, dan Nabi membiarkannya. Artinya, Nabi tidak melarangnya.
Jadi, walau Nabi tidak memerintahkan orang berdoa harus sambil mengangkat tangan, berdoa sambil mengangkat tangan itu tidak apa-apa bila dilakukan.
Yang jelas, dan pasti, kita tidak boleh membuat sesuatu yang menyerupai ritus ibadat jika tidak ada izin atau contohnya dari Nabi Saw; termasuk contoh bahwa Nabi tidak melarang. 
Kalau sekadar tidak ada larangan tapi tidak ada contohnya, itu bukan dalil; itu hanya akal-akalan. 
Dan setiap akal-akalan harus dipertanggungjawabkan di akhirat.







BUKAN URUSAN MUSLIM YANG BERIMAN
Melakukan ritus dengan menanam kepala kambing saat mendirikan rumah, dengan maksud menolak bala atau mengusir setan, membuat orang lain mengejek kebodohan kita.
Jangankan mengusir setan atau menolak bala, menghindarkan dirinya sendiri dari disembelih dan kepalanya ditanam, si kambing itu tidak bisa melakukannya.
Tentu saja, perbuatan tersebut tidak apa-apa jika dilakukan oleh non-muslim.
Sebab itu bukan urusan kita, bukan urusannya orang-orang yang beriman, bukan urusannya orang yang hanya percaya pada kuasa Allah.
Mesti dicamkan, Muslim harus mengharap berkah semata-mata hanya dari Allah; bukan dari penghuni gunung atau penguasa laut yang sekadar mitos atau legenda khayalan. 
Sebab, ritus ibadat yang tidak sesuai contoh dari Nabi, seperti upacara tolak bala, malah bisa mendatangkan malapetaka yang lebih dahsyatdi kemudian hari; na ‘udzubillah.

JENIS AMAL PERBUATAN

JENIS AMAL PERBUATAN 
Pertama, AMAL BIASA.
Perbuatan yang tidak berkaitan atau tidak disandarkan kepada balasan pahala (dari sesuatu yang ghaib yang dianggap berkuasa).
Dinilai sebagai masalah duniawi semata-mata; bisa diatur maupun tidak diatur tatatertibnya.
Jadi, satu perbuatan yang tidak mengharapkan atau tidak ada kaitannya dengan balasan pahala, perbuatan tersebut bukanlah amal ibadah; melainkan hanya amal duniawi semata.
Hukum melakukannya, selama tidak merugikan dan tidak menimbulkan kerusakan, adalah mubah(boleh).
Hukum tatacara pelaksanaannya haram (tidak boleh) dimasuki unsur peribadatan sebab bisa jadi ritus yang bid’ah.
Kedua, AMAL IBADAH.
Perbuatan kebajikan yang berkaitan atau disandarkan kepada balasan pahala (dari sesuatu yang ghaib yang dianggap berkuasa), tapi tidak mutlak diatur tatatertib dalam pelaksanaannya.
Hukum melakukannya --umumnya-- sekadar keutamaan dan bukan wajib (di kondisi tertentu, jihad dan mencari nafkah hukumnya adalah wajib).
Hukum tatacara pelaksanannya sekadar keutamaan seperti yang dilakukan Nabi; tapi tidak mutlak harus persis seperti yang dicontohkan Nabi.
Ketiga, RITUS IBADAT.
Perbuatan yang berkaitan atau disandarkan kepada balasan pahala (dari sesuatu yang ghaib yang dianggap berkuasa); yang pelaksanaan kegiatannya ditentukan caranya atau diatur tatatertibnya.
Hukum melakukannya ada yang wajib dan ada yang sunat.
Hukum tatacara pelaksanaannya --tak bisa tidak-- dalam Islam wajib ada contohnya dari Nabi Saw.



AMAL BIASA
Amal biasa adalah setiap perbuatan yang tidakdisandarkankepada harapan mendapat balasan pahala dari Tuhan.
Amal biasa adalah perbuatan yang boleh dilakukan seorang Muslim, baik ditentukan atau tidak ditentukan tata caranya.
Amal biasa adalah sekadar perkara duniawi, yang tidak memiliki nilai pahala maupun dosa.
Seorang Muslim dibolehkan mengerjakannya, terkecuali jika ada dalil agama yang melarangnya.
Mesti diingat, walau diatur tata tertibnya, setiap perkara duniawi jika tidak disandarkan kepada balasan pahala dari yang ghaib, ia tetap merupakan amalan biasa.
Olahraga (seperti basket, tenis, catur, dan lain-lain) walau ditentukan tata tertibnya, tetap merupakan perkara duniawi.
Perkara adat istiadat, seni budaya (menyanyi, menari, melukis), sulap (ketangkasan yang bukan sihir), ulang tahun (manusia, organisasi, negara), adalah perkara duniawi yang dibolehkan.  
Perkara-perkara tersebut sama sekali tidak memiliki nilai pahala maupun dosa jika dikerjakan.
Begitu juga dengan upacara adat di suatu daerah, yang biasanya ditentukan tatacaranya, selama tidak disandarkan kepada balasan pahala, dan hanya sekadar simbolistis keduniawian, tidak terlarang untuk diadakan. 
Contohnya, menabur bunga jika sekadar sebagai simbol duka cita.
Atau salvo tembakan senapan sebagai simbol penghormatan bagi prajurit. 
Namun jika merasa ragu akan kebolehannya, lebih utama untuk dihindari.


AMAL IBADAH
Amal ibadah adalah setiap perbuatan kebajikan, yang bermanfaat bagi dirinya ataupun bagi orang lain, yang disandarkan kepada harapan mendapat balasan pahala dari Allah Swt, namun tidak mutlak harus terikat tatatertib dalam melaksanakannya. 
Contohnya, mencuci baju atau mencuci ember; seutamanya seperti yang dilakukan Nabi, namun andaipun tak sepersis yang dicontohkan Nabi tidaklah menjadi berdosa.
Suatu perbuatan menjadi amal ibadah bila dalam pengerjaannya dikaitkan dengan adanya balasan pahala.
Contohnya mencari nafkah, ataupun menyingkirkan batu dari tengah jalan; perkara itu menjadi amal ibadah karena dalam perbuatan itu ada harapan balasan pahala dari Allah.
Seorang Muslim yang mencari nafkah --untuk membiayai anak dan isterinya-- dengan menjadi pemain sepakbola, makaperkara mencari nafkahnya itu merupakan amal ibadah.
Permainan sepakbolanya itu sendiri, secara zahirnya, tetap saja perkara duniawi yang tak memiliki nilai pahala atau dosa. 
Demikian pula dengan menyingkirkan batu tetap saja merupakan perkara duniawi; seorang Muslim mendapat pahala bukan karena semata-mata menyingkirkan batunya, melainkan karena niat baiknya agar tidak ada orang lain yang celaka atau tersandung. [1]


RITUS IBADAT
Mengucapkan zikir atau membaca Quran adalah amal ibadah; sedangkan mendirikan solat dan saum adalah ritus ibadat.
Ritus ibadat atau ibadah ritual adalah setiap amal ibadah yang inti tatacaranya ditentukan atau ada yang dibakukan caranya.
Dalam Islam, ritus ibadat mesti berdasarkan kepada dalil agama yang pasti dan benar (qoth’i, jelas dan tegas) yang ada dalam Qur’an atau sunnah Nabi Saw.
Jadi, ritus ibadat adalah perbuatan yang disandarkan kepada harapan mendapat balasan pahala dari Allah, tapi ada bagian yang terikattatatertib syareat dalam pelaksanaanya.
Oleh karenanya, suatu ritus ibadat hanya boleh dikerjakan bila ada perintahnya atau izin dari Allah dan Rasul. 
“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul- Nya..”  (Qur’an, Al Anfaal [8]:20)
“Siapa yang mengamalkan suatu amal (ibadat ritual) yang tidak pernah kami lakukan, maka amalnya ditolak.”  (HR. Muslim).
Jelas, dalam masalah ritus ibadat, Allah menyuruh kita harus patuh hanya kepada apa yang diperintahkan Allah dan RasulNya; tidak diperintahkan taat kepada tatacara buatan orang lain.


HARUS BISA MEMBEDAKAN PERKARA YANG BUKAN RITUS IBADAT
Melakukan amal ibadah yang dibakukan tata tertibnya sehingga menyerupai ritus ibadat, padahal tidak pernah dilakukan Nabi maupun para sahabatnya, maka perkara tersebut merupakan perbuatan terlarang. 
Misalnya, membaca shalawat adalah amal ibadah yang sangat baik dilakukan di mana saja dan kapan saja; tapi menentukannya menyerupai ritus ibadat, dengan mengharuskan membaca shalawat setiap khatib naik mimbar masjid,mesti dipertanyakan ketentuannya.
Jika ada sunahnya, tidak apa-apa dilakukan; jika tidak ada contohnya dari Nabi Saw, pantas untuk ditolak. Sebab, merekayasa ritus ibadat yang tidak dicontohkan Nabi sama saja dengan menganggap Nabi Saw telah khilaf.
Padahal mustahil Nabi Saw melakukan kekhilafan dalam hal itu.
Namun seseorang tidak boleh begitu saja menilai suatu perkara itu sebagai ritus ibadat atau mirip ritus ibadat --dan kemudian melarangnya-- hanya karena didasarkan prasangka saja (a priori).
Misalnya, pengajian dan pengkajian Qur’an yang dilakukan sekelompok ibu-ibu rumahtangga tiap hari Ahad pagi.
Perkara ini termasuk perbuatan ibadah semata, bukan ritus ibadat. 
Perkara tersebut dibolehkan bila pengambilan waktu hari Ahad pagi karena pertimbangan di hari itu lebih memungkinan ibu-ibu bisa berkumpul secara lengkap. 
Lain halnya kalau pengambilan hari Ahad itu dengan beranggapan hari Ahad, atau hari apa pun, sebagai hari penuh barokah atau membawa keberuntungan; maka ini tidak boleh.
Sebab penuh barokah dalam hal tersebut tidak ada keterangan dalilnya.
Demikian juga bila sekelompok bapak-bapak mengadakan pertemuan untuk membahas agama di masjid setiap selesai shalat Isya, dengan alasan praktis (karena tidak usah repot-repot lagi mengundangnya), maka ini dibolehkan.
Ini tidak dikategorikan ritus ibadat, tapi hanya sekadar amal ibadah saja.
Sebab perkara-perkara ini sekadar ditentukan waktu atau tempatnya, tapi tidak membakukan (mengatur secara mutlak tetap) tatacaranya. 
Karena itu, kita tidak boleh gegabah menuduh bahwa sesuatu itu bid’ah, bila kita belum mengkaji masalahnya secara mendalam.
Realitanya, di antara kelemahan kita yang amat menyolok adalah ketidakmampuan kita meletakkan sesuatu pada tempatnya.
Sehingga kita sering rancu dan tidak bisa membedakan yang mana amal duniawi semata-mata, yang mana amal ibadah, dan yang mana ritus ibadat. 
Contohnya, hadiah berbeda dengan sedekah atau zakat.
Hadiah termasuk dalam kategori amal keduniawian biasa yang tidak memiliki nilai pahala;
Sedekah termasuk dalam kategori amal ibadah yang berpahala.
Sedangkan zakat termasuk ritus ibadat, sebab ada tatatertib yang terkait dengan ketentuan Allah dalam pelaksanaannya.
Dari hal di atas, selama tidak ada unsur ritus ibadat agama dalam pelaksanaannya maka merayakan hari kelulusan sekolah, hari ulang tahun, hari ibu, hari kasih sayang, atau hari pahlawan, dibolehkan. 
Sebaliknya melakukan sesuatu dengan alasan ada pahalanya atau ada berkahnya, jelas tidak dibolehkan jika tidak ada dalilnya dalam tuntunan agama Islam.
TULISAN DI BLOG BEBAS MERDEKA PISAN, BEBAS UNTUK DICOPY, DIPRINT, DIBAGIKAN, DAN DISEBARLUASKAN..
(Alfa Qr) 
________________________________
[1]   Kebanyakan perintah berbuat kebajikan (beramal ibadah) hukumnya sekadar keutamaan. Hanya sedikit perintah berbuat kebajikan yang hukumnya wajib. Di antaranya, bagi laki-laki yang sehat, wajib melindungi dan menafkahi isteri dan keluarganya; wajib mendidik dan membahagiakan anak-anaknya. Bagi wanita, selama suaminya juga bertanggungjawab, wajib patuh pada suaminya. Sedangkan menyingkirkan batu hukumnya sekadar keutamaan, bukan wajib

TIGA HAL YANG MEMBUAT BERIBADAT JADI RINGAN

TIGA HAL YANG MEMBUAT BERIBADAT JADI RINGAN
Pertama, menyadari hakekat dari melaksanakan ritus ibadat adalah semata-mata kewajiban Muslim yang cinta kepada Allah.
Sehingga merasa ringan saat mendirikannya; sebab, terlepas dari kekurangsempurnaan dalam pelaksanaannya, meyakini Allah pasti menerima cinta kita itu.
Kedua, mengetahui dan meyakini kebenaran dari syareat yang kita kerjakan, dengan patokan yang memang ada dalilnya.
Sehingga terhindar dari sesuatu yang diada-adakan manusia, terhindar dari yang sia-sia.
Tidak membuang-buang waktu untuk perkara yang dikira ritus ibadatpadahal tidak ada perintah agama untuk hal itu.
Sehingga ritus ibadat yang dikerjakan tidak bertumpuk tapi mubazir.
Ketiga, mengerjakan apa yang  kita lakukan dengan ikhlas.
Artinya, kepatuhan kita itu benar-benar karena Allah.
Seorang Muslim yang ihsan --yang meyakini Allah senantiasa melihat dan mengawasinya-- yang sudah menerapkan hakekat, syareat, dan ikhlas dengan benar, tak membutuhkan penilaian orang lain.
Tidak memerlukan topeng dan kostum.
Tidak memerlukan atribut apapun.
Yang jelas, Muslim yang ikhlas adalah Muslim yang gembira ketika ia melakukan apapun semata-mata mengharap ridha Allah; dan bukan karena ingin pujian dari manusia. 
Yang pasti, Muslim yang ikhlas akan dimuliakan Allah.
Orang yang ingin dimuliakan manusia, ia akan menenggelamkan dirinya sendiri.

Hakekat, syareat, ikhlas

Hakekat, syareat, ikhlas
Hakekat warganegara adalah orang yang cinta dan taat kepada aturan negara.
Hakekat Muslim adalah orang yang cinta dan taat kepada aturan Allah.
Bedanya, cinta kepada negara cukup hanya memiliki satu komponen yaitu komponen zahir; sedangkan cinta kepada Allah harus memiliki dua komponen, yaitu komponen zahir dan komponen batin.
Seorang warganegara yang memenuhi kewajiban membayar pajak kepada negara,terlepas dari ikhlas atau tidak ikhlas dalam mengeluarkannya, berarti ia seorang warganegara yang patuh. 
Seorang Muslim yang mendirikan solat dinilai sebagai Muslim yang taat pada perintah Allah.
Hanya saja berbeda dengan negara, yang tidak tahu apakah kita tulus atau tidak dalam melakukannya, Allah mengetahui benar kadar keikhlasan kita. 
Padahal ikhlas adalah komponen yang sangat penting yang tidak terelakkan dalam melaksanakan syareat agama.
Ikhlas akan menjadi tolokukur dari besar kecilnya balasan pahala dari Allah. [1]





SYAREAT DAN IKHLAS, DUA HAL YANG TAK TERPISAHKAN
Taat membayar pajak kepada negara hanya memiliki satu aspek.
Taat kepada Allah harus mengandung dua aspek yaitu yang zahir (contohnya melaksanakan ritus ibadat) dan yang batin (yaitu keikhlasan).
Jadi, kalau hakekat sama dengan taat dan cinta; melaksanakan syareat adalah pembuktianketaatan dalam bentuk aspek zahir, menyertainya dengan keikhlasan adalah pembuktian kecintaan dalam aspek batin. 
Pelaksanaan syareat seperti ritus ibadat yang zahir tanpa keikhlasan yang batin hanya akan melapangkan jalan pada kemunafikan. 
Sementara, penghayatan batin tanpa pelaksanaan syareat zahir --seperti ritus ibadat yang benar-- akan menjerumuskan kita pada klenik yang menyesatkan.
Jelas, pelaksanaan syareat dan menyertainya dengan sikap ikhlas merupakan suatu hal, yang tak bisa tidak, mesti dijalani secara bersamaan.
Sebab, jika tidak, perbuatan baik yang dilakukan seseorang hanya sekedar kedok untuk menutupi sifat buruknya. 
Itu sebabnya, ada Muslim yang solat Subuh dengan khusyu, tapi di siang harinya dengan ringan ia menyontek ujian, menerima suap, atau memfitnah orang lain.
Satu hal yang mustahil dikerjakan oleh Muslim yang melaksanakan ibadahnya disertai keikhlasan.
Sebaliknya, pendalaman penghayatan batin --walau dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah-- jika tanpa disertai kepatuhan melaksanakan syareat yang diperintahkanNya, hanya akan mengarahkan orang tersebut pada perbuatan mistis yang menyesatkan, yang melahirkan kiai dukun alias kiai paranormal atau malah wali palsu dan nabi palsu.




IKHLAS, TAK PERLU MENUNTUT HAK
Biasakan menuntut diri kita sendiri untuk melakukan kewajiban; tak perlu menuntut hak kita kepada majikan.
Sebab, jika kita menunaikan kewajiban, majikan yang bijak akan memberikan apapun yang menjadi hak kita tanpa perlu kita menuntutnya.
Malah, bisa jadi, majikan kita akan memberi tambahan bonus yang di luar perkiraan kita. 
Begitu pun sebagai Muslim, kita tak perlu menuntut apapun kepada Allah; sebab Allah itu jauh lebih bijak ketimbang seorang majikan. 
Realitanya, kita melaksanakan peribadatan dikarenakan kita yakin dan takut kepada Allah.
Artinya, kita beribadat karena kita yakin Allah itu ada, sebab kalau tidak yakin kita tak perlu beribadat. Begitu pun kalau kita tidak takut tentunya kita tidak akan beribadat.
Karenanya, sebagai Muslim awam biasa, cukuplah kita mengatakan bahwa kita mendirikan salat fardhu dan saum di bulan ramadhan semata-mata karena kewajiban; bukan untuk menuntut. 
Patut dicamkan, walau salat dan saum merupakan sarana untuk mendapatkan pertolongan Allah, tapi kita jangan menjadikannya sebagai alat menuntut Allah harus mengabulkan keinginan kita.
Sebab apapun yang kemudian terjadi, itulah yang terbaik yang dikehendaki Allah buat kita.
Bagi kita, Muslim awam, cukuplah kita melaksanakan perintah Allah itu sebagai bukti bahwa kita adalah pengikut Allah; bukan pengikut setan.  
Tidak perlu sombong mengaku cinta kepada Allah bila perilaku kita masih ada yang bertentangan dengan tuntunan

Sabtu, 20 Januari 2018

*INFO HAJI, KABAR GEMBIRA !!*

*INFO  HAJI,  KABAR GEMBIRA !!*

*_Alhamdulillahirabilalamiin_*

Ini ada info yg sdh daftar haji mungkin bermanfaat

Hasil pertemuan Menteri Agama RI  dg Raja Saudi (Raja Salman)

-Mengingat bahwa jumlah masyarakat muslim Indonesia adalah terbesar di dunia (mencapai sktr 50%)

-Juga dikarenakan antrian jemaah haji Indonesia sudah mencapai 25 thn an

-Juga dikarenakan pengelolaan haji Indonesia yang paling terurus dan teratur
Maka,

-Raja Salman memohon maaf kepada seluruh masyarakat muslim Indonesia karena merasa bahwa Beliau sudah mendzolimi masyarakat muslim Indonesia.

-Kemudian Beliau memerintahkan kepada Kementrian Haji Arab Saudi untuk mulai tahun 2018 yang akan datang agar menambahkan kuota haji Indonesia 100.000/tahun hingga antrian tersebut habis...

Dan selanjutnya Indonesia akan diberi kuota sekitar 30-40% dari kapasitas haji yang sekitar 3-4jt jemaah per musim haji (kuota Indonesia menjadi sktr 1-1,25jt) dengan membatasi kuota untuk negara arab lainnya (selama ini tidak dibatasi).

Informasi dari Sekretaris Raja Salman
Di telivisi sudah ada info dari kementrian agama.....insylh tahun depan ditambah kuotanya...
Sebetulnya tahun ini sudah ada..tapi pemerintah saudi menyampaikannya saat jamaah sudah mulai diberangkatkan..jadi terlalu mepet persiapannya..
Jadi insylh tahun depan..
Semoga Allah mudahkan niat seluruhnya untuk sampai ke tanah suci.
dan semoga berita tsb bisa terwujud mengingat waiting list haji sdh belasan tahun lamanya.... Aamiin....

Di share dr group HPAI

Smg bermanfaat Nomor Porsi Haji Reguler  Tahun 2018 s/d Tahun 2030


Tahun Keberangkatan 2018, No Porsi 1300422933 - 1300450075
Tahun Keberangkatan 2019, No Porsi 1300450076 - 1300477218
Tahun Keberangkatan 2020, No Porsi 1300477219 - 1300504361
Tahun Keberangkatan 2021, No Porsi 1300504362 - 1300531504
Tahun Keberangkatan 2022, No Porsi 1300531505 - 1300558647
Tahun Keberangkatan 2023, No Porsi 1300558648 - 1300585790
Tahun Keberangkatan 2024, No Porsi 1300585791 - 1300612933
Tahun Keberangkatan 2025, No Porsi 1300612934 - 1300640076
Tahun Keberangkatan 2026, No Porsi 1300640077 - 1300667219
Tahun Keberangkatan 2027, No Porsi 1300667220 - 1300694362
Tahun Keberangkatan 2028, No Porsi 1300694363 - 1300721505
Tahun Keberangkatan 2029, No Porsi 1300721506 - 1300748648
Tahun Keberangkatan 2030, No Porsi 1300748649 - 1300775791



Mohon konfirmasi, share dari dan untuk kerabat. 🙏
bisa juga di lihat di alamat www.kemenag.go.id
masukin no porsi nya....klik cari...insyaa Allah kelihatan deh thn berangkat nya

Semoga bermanfaat untuk *Jamaah Calon Haji dan Hajjah*

Kekurangan pasangan kita

 Sepasang suami istri sedang makan malam, sang istri membuka pembicaraan. Istri : “Suamiku sayang, bolehkah aku usul ???” Suami : “Boleh is...