Translate

Jumat, 09 September 2016

KEMATIAN YANG MENGGETARKAN JIWA ...


Bismillah .. Di sebuah kampung hiduplah seorang nenek guru ngaji. Beliau dikenal dengan kesantunan, kelembutan, dan kesabaran dalam mengajarkan ilmu agama. Namun demikian dalam hal syariat beliau dikenal sangat jujur dan disiplin.Artinya beliau akan mengatakan A jika memang A dan mengatakan B jika memang B, meski pendapat beliau itu berlawanan dengan pendapat masyarakat pada umumnya yang masih awam.

Usianya sudah uzdur (sekitar 70 tahunan) namun masih segar pancaran wajahnya dan afiat organ tubuhnya. Tidak banyak yang mengetahui keberadaan dirinya, khususnya bagi pemukim baru di kampung itu. Orang menyebut beliau sebagai Nenek Haji (karena sudah naik haji), Nenek Guru, Ustadzah, Encang Haji, atau Encang Guru. Nama aslinya jarang di sebut orang. Ia mengajarkan ilmu agama dan baca Al Quran di rumahnya nan sederhana, di sebuah kampung di pinggiran kota metropolitan.

Encang Guru dikenal tidak membedakan siapapun. Tidak pula membedakan usia. Siapa saja yang ingin mengaji , dipersilahkan datang ke rumahnya secara rutin pada hari dan waktu tertentu. Hanya saja dipesankan kepada mereka yang ingin mengaji, haruslah serius dan istiqomah. Tidak bisa untuk sekedar main-main dan coba-coba.

Dulu, jamaah pengajiannya adalah jamaah kecil. Namun kini, seiring dengan makin mengenalnya orang-orang akan kesantunan, keilmuan, dan sifat penyabar itu, banyak orang yang makin memuliakan diri beliau. Sebuah organisasi besar telah mencatat beliau sebagai tokoh yang semestinya dihormati, dimuliakan, dan diberikan tempat yang sepadan dengan keilmuan dan akhlaknya yang mulia.

Nah, di kampung yang sama hiduplah seorang pria kepala lingkungan yang sifatnya bertolak belakang (antagonis). Dia masih jauh lebih muda (sekitar 50-an) dan memiliki profesi yang sedikit banyak adalah sama, yaitu guru mengaji. Hanya saja dia cenderung bersifat komersial dan serba duniawi. Sebut saja namanya Ustadz Darly

Sebagai contoh sederhana, ketika ia akan memberikan khutbah jumat, maka ia akan pilih-pilih masjid yang bisa memberikan honor besar. Jika ada proyek dari desa/kelurahan, dialah yang bertindak sebagai satu-satunya orang (di lingkungannya) yang bisa mengajukan proposal, mencairkan dana, dan membuat laporan pertanggungjawaban yang realitanya berbeda dengan apa yang dilaporkan.Semuanya dibawah kontrol dia dan keluarganya. Semua kepala lingkungan dibawahnya, tidak ada yang berkutik dan tidak tahu dengan pasti.

Jika saluran air diperbaiki ya Alhamdulillah, meski yang diperbaiki 20 m dan yang dilaporkan 100 m. Jika jalan lingkungan di aspal dengan memungut iuran masing-masing rumah yang dilewati sebesar Rp 100.000 ya Alhamdulillah, meski semestinya tanpa harus memungut iuran warga dan semestinya dengan pengaspalan yang bagus. Orang yang banyak berhubungan dengan kelurahan saja yang tahu sepak terjangnya, kemudian mereka membocorkannya ke masyarakat secara off the record. Jadi semua pada diam, namun sebenarnya sudah sama-sama paham.

Pada suatu hari dia bertemu dengan Encang Guru di depan rumahnya. Terjadilah percakapan,

“…ngomong-ngomong kontraknya masih panjang apa sebentar lagi nih!”

Darly melontarkan pertanyaan yang bermaksud meledek. Kata seorang warga, memang demikianlah watak si Darly, suka meledek dan memojokkan orang. Rasanya dia tidak akan puas jika belum membuat orang tersinggung atau sakit hati.

Mendengar ledekan Ustadz Darly tadi, Encang Haji hanya berujar dengan sabar, boleh jadi dengan menahan sedikit luka hati di dadanya. Suaranya dipelankan dan disabar-sabarkan.

“Nak Haji…, Namanya umur itu, kita tidak bisa tahu….”

Buru-buru Ustadz Darly memotong pembicaraan,

“…Tapi kontrak gua masih panjang Nek Haji….”

“…Yah namanya umur, Nak Haji ga boleh begitu. Semua sudah ditentukan takdirnya oleh Allah..”

“Iya, tapi kontrak gua masih lebih panjang kan Nek Haji?”

Encang Guru hanya bisa diam mendengar Ustadz Darly yang tidak mau kalah dengan ledekannya. Jika perlu harus mengelus dada untuk menyadarkannya, boleh jadi Encang Haji mungkin sudah melakukannya. Namun apa daya, beliau sudah maklum barangkali.

Kebetulan Ustadz Darly sedang bersama isterinya waktu itu, yang perilakunya tidak jauh beda dengan dirinya. Tiba-tiba isterinya berujar :

“Siapa yang bakal jadi janda lagi ya Nek Haji..”

Isteri Ustadz Darly itu tidak mau kalah bercanda dengan kematian. Encang Haji memang sudah Janda. Seakan dia mengatakan bahwa suaminya masih muda dan masih lama hidupnya di dunia.Tidaklah mungkin dirinya yang terima giliran dan di menjadi janda. Dia menyudutkan Encang haji dengan mengisyaratkan sebuah pertanyaan “Jika bukan Encang Haji yang akan segera wafat lantas siapa dong?”



Dua hari kemudian, terdengarlah berita heboh yang tidak disangka-sangka. Ustadz darly dikabarkan meninggal akibat komplikasi usus buntu di sebuah rumah sakit di kota metropolitan.

Sebagian orang menerima kabar dengan sikap biasa tanpa antusias, sebagian lagi kaget karena baru beberapa hari lalu berjumpa dalam kondisi sehat, dan sebagian lagi mensyukuri di dalam hati masing-masing.

Namun ada satu orang yang bergetar jiwanya mendengar kabar itu. Dan ini terungkap beberapa hari setelah masa berkabung lewat dan Dia menceritakan kejadian aneh itu kepada orang terdekat. Dialah Nenek Guru itu.

“Sampai hari ini hati saya masih bergetar jika mengingat kejadian itu….” ujar beliau.

Tanpa menyebut kenapa, kita bisa maklum dan merasakan suasana batin beliau. Beliau tidak mengatakan sesuatu kata apapun ketika beliau diledek dan dipojokkan. Padahal seharusnya dia dimuliakan karena jauh lebih tua dan memang secara integritas dan keilmuan beliau lebih baik.Namun agaknya, Allah SWT tidak rela hambanya yang mukhlis disakiti dan dilukai hatinya.

Allah SWT telah menjawabkan pertanyaan yang enggan beliau jawab waktu itu. Allah SWT telah membalaskannya dengan balasan yang adil.

Hati beliau bergetar karena kekuasaanNya begitu terbentang jelas dihadapan beliau.

Naudzubillah. Semoga kita terhindar dari melukai hati hamba Allah yang berjiwa mulia. Dan semoga ini menjadi penguat bahwa kita tidak perlu risau atau takut dengan celaan orang-orang yang mencela kepada kita. Sandarkan segalanya kepada-Nya. Allah SWT memiliki jawaban terbaik bagi hambaNya.Wallahua’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kekurangan pasangan kita

 Sepasang suami istri sedang makan malam, sang istri membuka pembicaraan. Istri : “Suamiku sayang, bolehkah aku usul ???” Suami : “Boleh is...