Translate

Rabu, 29 Maret 2017

BERIBADAH HARUS MENCONTOH SIAPA ?

📒📗

BERIBADAH HARUS MENCONTOH SIAPA ?

Bismillaah.

Ketahuilah, ibadah bukanlah produk akal atau perasaan manusia. Ibadah merupakan sesuatu yang diridhoi Allah, dan engkau tidak akan mengetahui apa yang diridhoi Allah kecuali setelah Allah kabarkan atau dijelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dan seluruh kebaikan telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak tersisa sedikit pun. Tidak ada dalam kamus ibadah sesorang melaksanakan sesuatu karena menganggap ini baik, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencontohkan.

Sehingga tatkala ditanya, “Mengapa engkau melakukan ini?” lalu ia menjawab, “Bukankah ini sesuatu yang baik? Mengapa engkau melarang aku dari melakukan yang baik?” Saudaraku, bukan akal dan perasaanmu yang menjadi hakim baik buruknya. Apakah engkau merasa lebih taqwa dan sholih ketimbang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya ?

☝ Ingatlah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan agar kita mengikutinya dalam melakukan berbagai ibadah dan hendaknya ibadah itu dilakukan sesuai dengan cara yang beliau contohkan.

Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِي أُصَلِّي.

“Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat.”  [📓HR. Al-Bukhari (no. 631)]

Juga sabdanya Shallallahu 'alaihi wa sallam :

خُذُوْا عَنِّي مَنَاسِكَكُم.

“Ambillah dariku manasik (haji)mu.”  [📓HR. Muslim (no. 1297) dan lainnya]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

مَن عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيهِ أَمرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak berdasarkan perintah kami, maka amalan itu tertolak.”  [📓HR. Al-Bukhari (no. 2697) dan Muslim (no. 1719 (18)]

Dan sabdanya Shallallahu 'alaihi wa sallam :

مَن رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي.

"Barangsiapa yang membenci Sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku.”  [📓HR. Al-Bukhari (no. 5063) dan Muslim (no. 1401)]

Dan masih banyak dalil-dalil lain yang menunjukkan perintah mengikuti Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan larangan menyelisihinya.

Perhatikanlah, ibadah kita harus mencontoh tatacara Nabi, mencontoh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak akan terwujud kecuali jika amalan ibadah kita sesuai dengan syariat di dalam enam perkara yaitu :

☑ SEBAB ( اَلسَّبَبُ )

Jika seseorang melakukan suatu ibadah kepada Allah dengan sebab yang tidak di syari’atkan, maka ibadah tersebut adalah bid’ah dan tertolak.

Contohnya : ada orang melakukan sholat Tahajjud khusus pada malam 27 Rajab dengan dalih bahwa malam itu adalah malam Isro Mi’rajnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Sholat Tahajjud adalah ibadah yang dianjurkan, tetapi karena dikaitkan dengan sebab tersebut yang tidak ada syari’atnya, maka ia menjadi bid’ah.

☑ JENIS ( اَلْجِنْسُ)

Ibadah harus sesuai dengan syari’at dalam jenisnya.

Contohnya : bila seseorang menyembelih kuda atau ayam pada hari Iedul Adha untuk kurban, maka hal ini tidak sah karena jenis yang boleh dijadikan untuk korban adalah unta, sapi dan kambing.

☑ BILANGAN ( اَلْعَدَدُ )

Kalau ada orang yang menambahkan rakaat sholat yang menurutnya hal itu diperintahkan, maka sholatnya itu adalah bid’ah dan tidak diterima oleh Allah. Jadi apabila ada orang yang sholat Dhuhur 5 rakaat atau sholat Shubuh 3 rakaat dengan sengaja maka sholatnya tidak diterima oleh Allah karena tidak sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

☑ TATA CARA ( اَلْكَيْفِيَّةُ )

Seandainya ada orang berwudhu dengan membasuh kaki terlebih dulu baru kemudian muka, maka wudhunya tidak sah karena tidak sesuai dengan tata cara yang telah disyari’atkan oleh Allah dan Rasul-Nya di dalam Al Qur’an Al Karim dan Al Hadits Asy Syarif.

☑ WAKTU ( اَلزَّمَانُ )

Apabila ada orang yang menyembelih korban sebelum sholat hari raya Idul Adha atau mengeluarkan zakat Fitri sesudah sholat hari raya Idul Fitri, atau melaksanakan shalat fardhu sebelum masuk atau sesudah keluar waktunya, maka penyembelihan hewan kurban dan zakat Fitrinya serta shalatnya tidak sah karena tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh syari’at Islam, yaitu menyembelih hewan kurban dimulai sesudah shalat hari raya Idul Adha hingga sebelum matahari terbenam pada tanggal 13 Dzul Hijjah (hari Tasyriq ketiga), dan mengeluarkan zakat Fitri sebelum dilaksanakannya sholat Idul Fitri.

☑ TEMPAT ( اَلْمَكَانُ )

Apabila ada orang yang menunaikan ibadah haji di tempat selain Baitullah Masjidil Haram di Mekah, atau melakukan i’tikaf di tempat selain masjid (seperti di pekuburan, gua, dll), maka tidak sah haji dan i’tikafnya. Sebab tempat untuk melaksanakan ibadah haji adalah di Masjidil Haram saja, dan ibadah i’tikaf tempatnya hanya di dalam masjid.

Sehingga dengan memperhatikan enam perkara tersebut, maka kita dapat mencocokkan/mengoreksi apakah amal ibadah yang kita lakukan sudah sesuai dengan syariat Allah dan RasulNya atau tidak ?

Demikian pembahasan singkat tentang syarat-syarat mencontoh Rasulullah Shallallu 'alaihi wasallam dalam beribadah.

Semoga bermanfaat bagi kita semua di dunia dan akhirat. Aamiin…

📝 Oleh :[disingkat oleh WhatsApp]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kekurangan pasangan kita

 Sepasang suami istri sedang makan malam, sang istri membuka pembicaraan. Istri : “Suamiku sayang, bolehkah aku usul ???” Suami : “Boleh is...