Banyak orang beranggapan bahwa hidup ini tidak adil. Dalam fakta-fakta yang terjadi disekitar kita, kita banyak melihat ketidakadilan seperti, orang jujur malah hancur, orang yang baik malah susah, sebaliknya orang yang berbuat tidak baik malah sejahtera, dan orang yang beruat curang malah menang. Beranggapan bahwa hidup tidak adil akan mengakibatkan ketidakbahagiaan. Hal itu bisa membuat kita cenderung keluar dari lingkaran kebaikan. Kita tidak akan menemukan apa yang kita cari dalam hidup ini , yaitu kebahagiaan sejati.
Ada 4 faktor yang membuat munculnya anggapan bahwa hidup ini tidak adil:
1. Karena hanya melihat akhirnya saja.
Misalnya, kita mempertanyakan mengapa seorang penyanyi dibayar mahal hanya untuk menyanyikan beberapa buah lagu, padahal kita tidak melihat proses yang ia lalui untuk menjadi/mencapai seperti itu. Kita hanya melihat hasil akhirnya saja.
Misalnya, kita mempertanyakan mengapa seorang penyanyi dibayar mahal hanya untuk menyanyikan beberapa buah lagu, padahal kita tidak melihat proses yang ia lalui untuk menjadi/mencapai seperti itu. Kita hanya melihat hasil akhirnya saja.
2. Karena tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, hanya melihat luarnya saja.
Misalnya, kita melihat rumah tangga seseorang sangat harmonis, padahal pasangan tersebut sedang mencari cara agar tidak bercerai. Kita melihat keluarga kerajaan hidup enak dan bahagia, padahal belum tentu.
Misalnya, kita melihat rumah tangga seseorang sangat harmonis, padahal pasangan tersebut sedang mencari cara agar tidak bercerai. Kita melihat keluarga kerajaan hidup enak dan bahagia, padahal belum tentu.
3. Karena hanya melihat apa yang terjadi di jangka pendek (cerita belum selesai tapi kita sudah menyimpulkan).
Misalnya, kita menganggap orang yang korupsi jadi kaya, kalaupun dihukum ringan. Cerita belum selesai. Jangan cepat-cepat menyimpulkan bahwa koruptor itu sudah menjadi pemenang. Walau selamat dari hukum manusia (formal konsekuensi), tapi sepanjang hidupnya dia akan melekat dipandang sebagai koruptor.
Misalnya, kita menganggap orang yang korupsi jadi kaya, kalaupun dihukum ringan. Cerita belum selesai. Jangan cepat-cepat menyimpulkan bahwa koruptor itu sudah menjadi pemenang. Walau selamat dari hukum manusia (formal konsekuensi), tapi sepanjang hidupnya dia akan melekat dipandang sebagai koruptor.
4. Karena tidak bisa membedakan apa yang disebut “formal konsekuensi” dengan “natural konsekuensi”.
Formal konsukensi adalah hukum dari manusia, sedangkan natural konsekunesi adalah hukum dari alam.
Misalnya, karyawan yang berbuat curang tidak mendapat sanksi dari atasannya, atau pasangan suami istri ada yang selingkuh tapi didiamkan saja oleh pasangannya. Kita tidak melihat adanya formal konsekuensi dalam contoh tersebut, tapi percayalah natural konsekuensi akan terjadi karena ada ‘tangan’ Tuhan disana.
Formal konsukensi adalah hukum dari manusia, sedangkan natural konsekunesi adalah hukum dari alam.
Misalnya, karyawan yang berbuat curang tidak mendapat sanksi dari atasannya, atau pasangan suami istri ada yang selingkuh tapi didiamkan saja oleh pasangannya. Kita tidak melihat adanya formal konsekuensi dalam contoh tersebut, tapi percayalah natural konsekuensi akan terjadi karena ada ‘tangan’ Tuhan disana.
Hidup ini sesungguhnya sangat adil, karena diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Adil. Sedangkan dunia bisa tidak adil, karena di dalam dunia bukan cuma Tuhan yang berperan tapi juga manusia. Manusia sering tidak memahami hukum alam, yaitu sesuatu yang pasti. Orang yang melakukan kebaikan akan mendapat kebaikan, begitu juga orang yang melakukan keburukan akan mendapat keburukan. Bukalah hati dan pikiran untuk melihat hukum alam tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar